Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (10/12/2015) pagi, melemah 22 poin menjadi Rp13.962 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.940 per dolar AS.
“Nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar AS seiring aksi tunggu pelaku pasar uang terhadap pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai rencana kenaikan suku bunga acuan AS (Fed fund rate),” kata Reza Priyambada Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah juga dipicu oleh harga minyak mentah dunia yang masih mengalami koreksi hingga berada di bawah 40 dolar AS per barel, saat ini harga minyak mentah dunia sekitar 37,38 dolar AS per barel.
“Melemahnya harga minyak mentah dunia berdampak negatif pada laju mata uang di negara-negara berkembang, di tengah situasi itu pelaku pasar uang cenderung memburu dolar AS,” katanya.
Rully Arya Wisnubroto Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk menambahkan bahwa sentimen bank sentral AS yang akan menaikan suku bunga acuannya di dalam pertemuan FOMC pada pertengahan Desember 2015 masih membayangi laju mata uang domestik.
Di tengah aksi tunggu pertemuan FOMC itu, lanjut dia, pelaku pasar cenderung menempatkan asetnya dalam bentuk mata uang yang masuk dalam kategori safe haven, salah satunya mata uang dolar AS.
Ia mengharapkan bahwa paket-paket kebijakan pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat segera terasa dampaknya sehingga mampu menahan sentimen negatif terutama yang datang dari eksternal.
“Sejauh ini pelaku pasar menilai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah cukup positif, diharapkan mampu mendorong ekonomi domestik terus tumbuh sehingga menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah,” katanya.(ant/ipg)