Minggu, 24 November 2024

Rupiah Melemah Lagi

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (10/12/2015) pagi, melemah 22 poin menjadi Rp13.962 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.940 per dolar AS.

“Nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar AS seiring aksi tunggu pelaku pasar uang terhadap pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai rencana kenaikan suku bunga acuan AS (Fed fund rate),” kata Reza Priyambada Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia di Jakarta, Kamis.

Ia menambahkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah juga dipicu oleh harga minyak mentah dunia yang masih mengalami koreksi hingga berada di bawah 40 dolar AS per barel, saat ini harga minyak mentah dunia sekitar 37,38 dolar AS per barel.

“Melemahnya harga minyak mentah dunia berdampak negatif pada laju mata uang di negara-negara berkembang, di tengah situasi itu pelaku pasar uang cenderung memburu dolar AS,” katanya.

Rully Arya Wisnubroto Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk menambahkan bahwa sentimen bank sentral AS yang akan menaikan suku bunga acuannya di dalam pertemuan FOMC pada pertengahan Desember 2015 masih membayangi laju mata uang domestik.

Di tengah aksi tunggu pertemuan FOMC itu, lanjut dia, pelaku pasar cenderung menempatkan asetnya dalam bentuk mata uang yang masuk dalam kategori safe haven, salah satunya mata uang dolar AS.

Ia mengharapkan bahwa paket-paket kebijakan pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat segera terasa dampaknya sehingga mampu menahan sentimen negatif terutama yang datang dari eksternal.

“Sejauh ini pelaku pasar menilai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah cukup positif, diharapkan mampu mendorong ekonomi domestik terus tumbuh sehingga menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah,” katanya.(ant/ipg)

Berita Terkait

Rupiah Melemah Lagi

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank, di Jakarta, Jumat (19/6/2015) sore, melemah tipis sebesar 25 poin menjadi Rp13.330 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.305 per dolar AS.

Ariston Tjendra, Kepala Riset Monex Investindo Futures di Jakarta mengatakan, mata uang dolar AS mengalami penguatan menyusul perhatian pelaku pasar uang beralih ke negosiasi utang Yunani.

“Dolar AS sempat tertekan akibat belum akan dinaikannya suku bunga oleh The Fed. Namun, sentimen dari kebuntuan negosiasi utang Yunani mendorong sebagian pelaku pasar mencari aset safe haven seperti dolar AS,” katanya seperti dilansir Antara.

Menurut dia, sentimen dari sikap the Fed yang belum akan menaikan suku bunganya cenderung bersifat jangka pendek, investor cenderung mencari aman untuk mengantisipasi resiko kemungkinan Yunani mengalami gagal bayar atau bahkan keluar dari zona Euro

“Sentimen negatif dari utang Yunani masih akan menahan laju aset berdenominasi rupiah untuk bergerak menguat,” katanya.

Sementara itu, Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia mengatakan, pelemahan rupiah cenderung masih terbatas menyusul sinyal bank sentral AS (the Fed) yang masih menunda kenaikan suku bunganya (Fed fund rate) dikarenakan kondisi ekonomi AS belum sesuai harapan.

“Diharapkan, rupiah dapat bergerak menguat seiring meredanya sentimen kenaikan suku bunga Fed dan harapan akan membaiknya perekonmian domestik pada semester II nanti,” katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia, Jumat (19/6/2015), mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.324 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.341 per dolar AS. (ant/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
27o
Kurs