Pemerintah Jawa Timur akan menghidupkan kembali pasar malam seperti yang dulu pernah digagas Belanda saat masih menguasai Indonesia. Pasar malam yang akan digelar bergiliran di kampung-kampung ini diharapkan mampu menggairahkan kembali ekonomi masyarakat di tengah lesunya nilai tukar rupiah.
“Yang paling bisa saat darurat seperti ini ya dibuat pasar malam gantian seperti dulu kan ada pasar wage, pahing, kliwon, pon. Jadi konsepnya seperti itu bergiliran,” kata Hadi Prasetyo, Asisten Perekonomian Pemerintah Jawa Timur, Jumat (28/8/2015).
Hadipras mencontohkan, ketika musim paceklik tiba, dulu Belanda mampu memberikan penghidupan bagi penduduk pribumi dengan membangun pasar-pasar bergiliran sesuai penanggalan wage, pahing, kliwon, pon dan legi.
Bedanya, jika pasar-pasar tersebut telah berdiri dan bertahan hingga saat ini di kampung-kampung, maka konsep pasar rakyat yang akan dilakukan pemerintah provinsi ini akan digelar malam hari bergiliran memutar untuk masing-masing kelurahan.
Pemerintah juga akan menggandeng perusahaan-perusahaan besar untuk menggelontor barang-barang stok berkwalitas nomor dua atau KW yang sudah tak laku untuk cuci gudang di pasar rakyat malam.
“Pasar rakyat malam hari ini akan mampu menjadi solusi bagi mereka yang
kini telah kena PHK akibat pelemahan rupiah. Para pelaku UMKM yang kesulitan menjual barang akibat memburuknya daya beli juga bisa terbantu,” kata dia.
Selain menggelar pasar rakyat malam bergiliran, Pemerintah Jawa Timur juga akan melakukan subsitusi impor atau mengganti bahan utama impor dengan bahan-bahan dalam negeri.
Di Jawa Timur, impor bahan baku industri memang mencapai 83 persen dari total impor masuk. Dari 83 persen ini, 43 persen diantaranya adalah impor bahan-bahan pembuat besi dan baja.
Untuk bahan pembuat besi dan baja, saat ini akan ada sebuah perusahaan yang membangun pabrik smelter di Gresik sehingga mampu mengurangi impor.
Sedangkan untuk bahan-bahan impor lainnya, substitusi impor akan dilakukan dengan cara mencari bahan-bahan impor pengganti dari beberapa provinsi di luar Jawa Timur. (fik/rst)