Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (28/1/2015) pagi, melemah 23 poin menjadi Rp12.493 per dolar AS dibandingkan posisi terakhir kemarin Rp12.470 per dolar AS.
“Setelah sempat stagnan, mata uang rupiah bergerak melemah terhadap dolar AS seiring dengan pelaku pasar uang yang sedang menantikan hasil rapat the Fed pada pekan ini,” kata Lukman Leong Analis dari PT Platon Niaga Berjangka seperti dilansir Antara.
Ia menambahkan ekspektasi kenaikan suku bunga Amerika Serikat masih membayangi pergerakan rupiah selanjutnya namun fundamental ekonomi Indonesia diharapkan masih positif sehingga bisa menahan tekanan terhadap nilai tukar mata uang domestik.
Menurut dia, nilai rupiah masih berpotensi menguat lagi dengan kebijakan pemerintah yang tetap fokus pada pembangunan infrastruktur.
“Perbaikan infrastruktur akan menopang perekonomian Indonesia dalam jangka panjang,” katanya.
Ia mengharapkan sentimen konflik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dapat segera mereda sehingga tidak mengganggu industri investasi di dalam negeri.
Reza Priyambada Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia menambahkan sentimen eksternal dari meredanya kekhawatiran pasar terhadap Yunani diharapkan mampu mendorong investor kembali masuk ke aset berisiko.
“Kebijakan pembelian obligasi oleh ECB akan berdampak positif pada aset berisiko, stimulus ECB itu berarti membuat likuiditas bertambah sehingga dana yang akan ditanamkan ke negara-negara yang menghasilkan tingkat imbal hasil besar menjadi tujuan investor,” katanya. (ant/dwi/ipg)