Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis (26/2/2015) pagi bergerak melemah tipis sebesar satu poin menjadi Rp12.857 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.856 per dolar AS.
“Mata uang rupiah bergerak mendatar terhadap dolar AS menyusul aksi wait and see pelaku pasar terhadap pengumuman data ekonomi domestik pada awal pekan depan (Senin, 2/3) oleh Badan Pusat Statistik (BPS),” kata Rully Nova Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara di Jakarta, Kamis (26/2/2015) seperti dilansir Antara.
Ia memperkirakan bahwa mendatarnya fluktuasi nilai tukar rupiah dikarenakan adanya kecemasan sebagian pelaku pasar terhadap laju inflasi Februari 2015 yang diperkirakan kembali tinggi menyusul harga beras di dalam negeri yang meningkat.
Namun, ia mengharapkan bahwa kenaikan harga beras segera dapat diredam sehingga tidak mengganggu tingkat inflasi Februari 2015, yang awalnya diprediksi rendah seperti laju inflasi Februari 2014 yang sebesar 0,26 persen.
Ia menambahkan bahwa laju rupiah juga diharapkan kembali bergerak di area positif setelah adanya testimoni dari Gubernur the Fed Janet Yellen yang mengindikasikan tidak ada kenaikan suku bunga (fed fund rate) untuk beberapa pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) ke depan.
“Sentimen eksternal berpotensi menjadi sentimen positif bagi laju rupiah melanjutkan penguatan,” katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan rupiah bergerak stabil seiring investor masih berhati-hati terhadap penanganan krisis keuangan Yunani meski telah disetujuinya perpanjangan dana talangan selama empat bulan ke depan untuk Yunani.
“Sebagian investor masih mengkhawatirkan perjanjian perpanjangan bailout Yunani untuk empat bulan ke depan,” katanya.
Ia mengatakan bahwa lembaga dana moneter international (IMF) dan bank sentral Eropa (ECB) memperingatkan rencana reformasi Yunani yang masih belum cukup terperinci. (ant/dwi/ipg)