Jumat, 22 November 2024

Realisasi Penerimaan Pajak Maret-April Melonjak 56,4 Persen

Laporan oleh Dodi Pradipta
Bagikan

Realisasi penerimaan pajak dari Maret ke April 2015 tercatat melonjak 56,4 persen, yakni dari Rp198,23 triliun menjadi Rp310,1 triliun, yang terjadi berkat kontribusi pelaporan PPh badan dan tahun pembinaan pajak yang sudah terasa implikasi positifnya.

“Lonjakan kenaikan terjadi karena penerimaan dari PPh badan, setoran PPh pasal 26 terkait SPT Tahunan dan tahun pembinaan pajak yang sudah berjalan sesuai harapan kami,” kata Mekar Satria Utama Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak di Jakarta, Minggu, (10/5/2015) seperti dilansir Antara.

Ia menjelaskan realisasi penerimaan pajak pada periode Maret-April 2015 tersebut lebih tinggi dari periode sama tahun lalu. Dilihat dari target penerimaan pajak tahun ini sebesar Rp1.296 triliun, realisasi dalam empat bulan 2015 sudah mencapai 24 persen.

“Harapan kami sampai akhir tahun melalui tahun pembinaan pajak dengan penghapusan sanksi bagi banyak wajib-wajib pajak yang belum melaporkan pembayaran pajaknya dengan sebenar-benarnya, penerimaan pajak sebesar Rp1.296 triliun bisa tercapai,” katanya menegaskan.

Menurut dia, tahun pembinaan pajak yang dijalankan pemerintahan Presiden Jokowi-JK lebih menyasar kepada tiga golongan wajib pajak, yakni pertama, wajib pajak yang belum terdaftar dalam jaringan perpajakan DJP yang telah dimuktahirkan dari sumber-sumber pihak ketiga. Kedua, wajib pajak yang sudah mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tapi belum melaporkan kewajiban pajaknya. Ketiga, wajib pajak yang sudah memiliki NPWP dan melaporkan, namun belum secara benar.

Satria Utama memaparkan, target penerimaan pajak 2015 sebesar Rp1.296 triliun diyakini bisa tercapai, meski kondisi perekonomian tidak mendukung. Pasalnya, sasaran penerimaan pajak lebih menyasar kepada tiga golongan wajib pajak di atas yang belum patuh.

“Jadi, tidak tergantung sepenuhnya pada pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

Faktor lainnya adalah fakta bahwa tax ratio terhadap PDB masih sangat rendah, yakni hanya 11 persen. Tax ratio di Indonesia terendah di kawasan ASEAN, bahkan lebih rendah dari Filipina yang sudah mencapai 13 persen. Jika Indonesia ingin mengejar dan menyamai tax ratio dengan Filipina saja, pertumbuhan penerimaan pajak bisa meningkat 2-3 persen dari nilai PDB Indonesia yang sudah mencapai Rp10.000 triliun atau setara Rp200-Rp300 triliun.

Selain itu, masih menurut Satria Utama, sejak 2009 hingga 2014, pertumbuhan penerimaan pajak semakin menurun. Jika pada 2009-2010, pertumbuhan penerimaan pajak masih mencapai 15 persen, tahun berikutnya justru tinggal tumbuh 7-8 persen. Seharusnya, pertumbuhan normalnya adalah 15 persen, sesuai perkembangan pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

“Kekurangan penerimaan pajak dalam lima tahun terakhir coba dipenuhi di tahun 2015 ini,” tegas dia. (ant/dop)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs