Badan Pusat Statistik (BPS) melansir bahwa neraca perdagangan pada November 2015 tercatat mengalami defisit sebesar 346,4 juta dolar Amerika Serikat, dimana defisit tersebut merupakan yang pertama kali terjadi pada tahun 2015.
“Ini defisit pertama kali selama 2015, baru terjadi pada November. Sementara untuk bulan lainnya mengantongi surplus,” kata Suryamin Kepala BPS dalam jumpa pers di Jakarta, yang dilansir Antara, Selasa (15/12/2015).
Menurut Suryamin, defisit yang pertama kali terjadi pada 2015 tersebut dipicu oleh defisit sektor migas sebesar 0,06 miliar dolar AS dan nonmigas sebesar 0,29 miliar dolar AS. Untuk nilai impor pada November 2015 tercatat sebesar 11,51 miliar dolar AS, sementara ekspor sebesar 11,16 miliar dolar AS.
Suryamin menambahkan, jika dilihat dari sisi volume perdagangan, neraca volume perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar 28,37 juta ton. Hal tersebut didorong oleh surplus neraca sektor migas sebesar 0,56 juta ton dan nonmigas sebesar 27,81 juta ton.
Menurut Suryamin, jika dilihat kinerja ekspor impor berdasarkan negara, untuk di wilayah ASEAN, khususnya dengan Thailand, Indonesia mengantongi defisit sebesar 250,6 juta dolar AS pada November 2015.
Dengan Uni Eropa, defisit hanya terjadi dengan Jerman sebesar 71,4 juta dolar AS. Namun, dengan negara utama lainnya, khususnya Tiongkok, defisit perdagangan mencapai 1,5 miliar dolar AS pada November 2015, sementara sepanjang tahun 2015 hingga bulan yang sama mencapai 14,42 miliar dolar AS.
“Dalam satu bulan saja, defisit dengan Tiongkok mencapai 1,5 miliar dolar AS,” ujar Suryamin.
Secara kumulatif untuk periode Januari–November 2015, neraca perdagangan Indonesia masih mengantongi surplus sebesar 7,81 miliar dolar AS dengan nilai ekspor pada periode yang sama, mencapai 138,42 miliar dolar AS, sementara impor sebesar 130,61 miliar dolar AS.(ant/iss/ipg)