Sabtu, 15 Februari 2025

Mimpi Itu Bernama Greater Surabaya Metropolitan Ports

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Pintu Gerbang Terminal Teluk Lamong. (Foto : Pelindo III)

Jawa Timur memang terus bergeliat, pertumbuhan ekonominya bahkan selalu mencapai 7 persen di atas pertumbuhan nasional yang hanya sekitar 6 persen. Dari catatan Badan Pusat Statistik, penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi masih berasal dari sektor perdagangan yang mencapai 22,3 persen.

Angka ini memang cukup wajar karena Jawa Timur menjadi gerbang utama Indonesia wilayah timur dengan Pelabuhan Tanjung Perak masih menjadi andalan utama jalur ditribusi barang dari wilayah Jawa Timur ke wilayah lain khususnya Indonesia bagian timur.

Tumpuan pada Tanjung Perak ini menjadikan pelabuhan yang dibangun pada tahun 1910 itu, kini kian padat dengan segala aktivitasnya. Bahkan, Pelindo III selaku operator Pelabuhan Tanjung Perak telah melakukan kajian yang menyatakan pada tahun 2018 mendatang, Tanjung Perak akan mengalami kelebihan kapasitas.

“Pada 2014, Tanjung Perak sebenarnya sudah over kapasitas, beruntung kami sudah selesai dan mengoperasikan Terminal Baru Teluk Lamong, sehingga over kargo bisa kami urai,” kata Edi Priyanto, Kepala Humas Pelindo III.

Meski begitu, jika tak segera melakukan pembenahan dan perluasan, maka pada 2018 mendatang, Tanjung Perak tetap saja akan mengalami over kapasitas. Tanjung Perak sendiri saat ini memiliki kapasitas sekitar 2,1 juta TEUs ditambah terminal Teluk Lamong sebesar 1,6 juta TEUs sehingga total kapasitas di Tanjung Perak sebesar 3,7 juta TEUs, padahal pada tahun 2014 lalu, arus petikemas telah mencapai 3,2 juta TEUs.

“Mengantisipasi kelebihan kapasitas, pada tahun 2010 lalu Pelindo III mulai membangun fasilitas baru yang disebut dengan Terminal Teluk Lamong. Pada tahap pertama, terminal ini sudah kami operasikan sejak November 2014 dengan fungsi pelayanan petikemas dan curah kering. Kapasitas yang tersedia yakni 1,6 juta TEU’s untuk petikemas dan 10,3 juta ton untuk curah kering,” kata Edi.

Teluk lamong, kata dia, dibangun dengan dana mencapai Rp3,4 triliun yang berasan dari kas internal perusahaan dan pinjaman perbankan. Lebih lanjut, Edi menjelaskan bahwa Terminal Teluk Lamong pada tahap pertama dibangun pada area seluas 38,86 hektar, dilengkapi dengan 10 gate in/out, disediakan lahan parkir seluas 5,3 hektar, 1,7 hektar gedung kantor dan 15,86 hektar area lapangan penumpukan.

Terminal modern dan ramah lingkungan pertama di Indonesia tersebut akan terkoneksi dengan jalur distribusi logistik seperti kawasan industri dan melalui akses jalan, baik tol maupun non tol, jalur kereta api dan jalur monorel petikemas untuk kegiatan haulage di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak.

Proyek penambahan kapasitas Pelabuhan Tanjung Perak itu juga didesain sebagai terminal yang modern dan ramah lingkungan. Alat bongkar muat misalnya, terminal tersebut sudah dilengkapi dengan Ship to Shore Crane (STS), Automated Stacking Crane (ASC), Combined Terminal Tractor (CTT) dan Straddle Carriers (SC).

Alat-alat itu digerakkan secara electrical dengan menggunakan tenaga listrik, kecuali CTT dan SC yang masih menggunakan mesin diesel namun dengan standar emisi EURO 4 yang ramah lingkungan.

Husein Latief, Direktur Komersial dan Pengembangan Usaha PT Pelindo III, mengatakan, Terminal Teluk Lamong pada tahap awal ini membutuhkan listrik sekitar 16 MW. Sementara, kebutuhan listrik akan dipasok oleh PLN, sedangkan Terminal Teluk Lamong sendiri saat ini mulai membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) yang akan dibangun oleh Pelindo III dan PT Rekayasa Industri (Persero). Investasi untuk proyek pembangunan PLTG tersebut diperkirakan akan memakan biaya sekitar Rp1 triliun.

“Sebagai pendukung mobilitas transporasi darat, Terminal Teluk Lamong akan dilengkapi dengan monorel pengangkut petikemas (Automated Container Transporter/ACT) dan kereta api. ACT akan dibangun oleh Pelindo III bersama-sama dengan PT Adhi Karya (Persero) sedangkan kereta api akan memanfaatkan rel ganda (double track) yang dikembangkan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero),” kata Husein.

“Walau demikian moda transportasi jenis truk tetap akan dipertahankan. Telah ada kesepahaman antara Pelindo III dan DPC Organda Khusus Tanjung Perak tentang penggunaan truk dengan Bahan Bakar Gas (BBG) atau mesin diesel dengan standar emisi EURO 4 di Terminal Teluk Lamong. Hal itu dilakukan mengingat Terminal Teluk Lamong didesain sebagai terminal yang ramah lingkungan”, pungkasnya.

Pembangunan Terminal Teluk Lamong ditujukan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia yang berujung pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Terminal Teluk Lamong diyakini juga bisa menjadi pengungkit dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi, baik bagi Jawa Timur maupun bagi kawasan Indonesia Timur.

”Yang jelas proyek Terminal Teluk Lamong ini, tidak hanya mempunyai nilai ekonomis tinggi, tetapi untuk menggunakan energi bersih dalam operasinya. Ini yang perlu berikan nilai plus, bahwasanya sebuah perusahaan tidak hanya memikirkan keuntungan semata, tetapi menjadi kebersihan lingkungan karena pencemaran energi juga harus diperhatikan,” ujarnya.

Teluk Lamong tidaklah berdiri sendiri, ada mimpi besar yang kini ingin diwujudkan PT Pelindo III, mimpi itu bernama Greater Surabaya Metropolitan Ports (GSMP) yang digagas pemerintah bekerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) pada 2007.

“Ada beberapa langkah yang kita lakukan untuk mendukung GSMP ini, selain membangun Teluk Lamong, kami juga memperlebar dan mendalamkan APBS (Alur Pelayaran Barat Surabaya),” kata Djarwo Surjanto, Direktur Utama PT Pelindo III.

Selain itu, seluruh terminal di Tanjung Perak juga ditata dan mulai diklasterisasi. Terminal Berlian misalnya, saat ini fokus untuk petikemas domestik. Sedangkan Terminal Petikemas (TPS) fokus untuk petikemas domestik dan internasional. Sedangkan Terminal Jamrud Utara khusus untuk kegiatan bongkar muat curah kering dan general cargo internasional, Terminal Jamrud Barat difungsikan untuk curah kering internasional, Jamrud Selatan untuk general cargo dan curah kering domestik. Sedangan Terminal Mirah untuk kegiatan general cargo domestik, roro terminal, dan project cargo. Terminal Nilam digunakan untuk petikemas domestik, curah cair, dan general cargo.

“Kami juga sedang membangun Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) JIIPE yang terintegrasi di Manyar,” ujar Djarwo. Dengan tambahan JIIPE, Pelindo III optimis, Tanjung Perak akan benar-benar mampu menjadi tumpuhan utama ekonomi Indonesia kawasan Timur. (adv/fik/edy)

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Listrik Masuk ke Sungai

Awan Lentikulari di Penanggungan Mojokerto

Evakuasi Babi yang Berada di Tol Waru

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Surabaya
Sabtu, 15 Februari 2025
28o
Kurs