Perekonomian Indonesia pada tahun 2016 bisa dilihat dari dua sisi yang berbeda yaitu optimisme dan pesimisme.
Devie Pengamat Ekonomi dan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya menjelaskan, dari sisi optimisme, perekonomian Indonesia di tahun 2016 akan menjadi lebih baik daripada sekarang. Sebab, pemerintah serius dan berkomitmen untuk memperbaikinya melalui kebijakan-kebijakan deregulasi dan debirokratisasi.
“Selain itu, pemerintah juga berani mengambil kebijakan tidak populer dengan menghentikan subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak). Yang kemudian subsidi tersebut dialihkan ke sektor-sektor produktif. Pemerintah juga berkomitmen untuk serius mengerjakan sektor infrastruktur. Infrastruktur sekarang sudah jadi prioritas,” katanya, Jumat (30/10/2015) dalam acara “Indonesian Economy Outlook 2016” di Universitas Kristen Petra Surabaya.
Selain faktor-faktor internal, lanjut Devie, menurutnya ada pula faktor-faktor eksternal yang bisa menumbuhkan rasa optimisme perekonomian Indonesia di tahun 2016. Dirinya mengatakan Bank Dunia memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia 5,3 persen di tahun 2016 dibandingkan sekarang yang kurang dari 5 persen.
“Kita juga masuk dalam MINT (Mexico, Indonesia, Nigeria, Turkey) Countries, yaitu 4 negara yang diprediksi menjadi kekuatan ekonomi dunia di masa mendatang. Selain itu indeks pertumbuhan ekonomi kita berada di urutan 34 dari 144 negara di dunia,” lanjut dia.
Dari sisi pesimisme, Devie mengatakan, ini dapat dilihat sampai sekarang Indonesia masih tergolong negara yang kurang kreatif. Indonesia tidak termasuk 50 negara yang memiliki industri kreatif terbaik di dunia.
“50 besar saja kita tidak masuk. Nomor satu ada Korea Selatan, lihat produk-produknya, kreatif sekali. Dengan negara-negara ASEAN kita juga kalah. Singapura ada pada posisi 8, Malaysia ada di posisi 27, dan Thailand ada di posisi 46,” ujar dia.
Penyebab Indonesia tidak termasuk 50 negara kreatif di dunia tersebut adalah buruknya Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di dalam negeri. “Kita kurang bisa mengembangkan talenta. Kita berada di posisi 69 dari 144 negara. Kalah sama negara-negara ASEAN yaitu Singapura, Fillipina, Malaysia, Thailand, dan Vietnam,” katanya.
Selain itu, kata Devie masih ada beberapa hal yang membuat perekonomian Indonesia patut dilihat secara pesimis. Yaitu volatilitas nilai tukar rupiah yang masih tinggi, buruknya penanganan korupsi (Indonesia berada di posisi 114 dalam menangani korupsi di seluruh dunia), dan Indonesia masih dirasa kurang baik untuk menangani kemudahan berbisnis di dalam negeri. (dop/ipg)
Teks Foto:
– Devie Pengamat Ekonomi dan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya (paling kiri) saat menjadi pembicara di “Indonesian Economy Outlook 2016” di Universitas Kristen Petra Surabaya