Kosgoro gelar Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) tahun 2015 di Hotel Elmi Surabaya, Selasa (24/3/2015) malam. Muspimnas yang digelar hingga dini hari ini setidaknya membahas beberapa agenda salah satunya tentang pembangunan kembali Wisma Kosgoro.
Hayono Isman, Ketua Umum Pimpinan Pusat Kolektif (PPK) Kosgoro di sela Muspimnas mengatakan, Wisma Kosgoro yang ada di Jl MH Thamrin 53 Jakarta, merupakan bangunan yang berdiri di atas tanah dengan nilai historis tinggi. “Karenanya, paska kebakaran, saat ini kami langsung gelar Muspimnas untuk bahas nasib gedung itu,” kata dia.
Kebakaran Wisma Kosgoro sendiri terjadi pada 9 Maret 2015 silam, dan menghanguskan hampir sebagian besar gedung 20 lantai itu. Wisma Kosgoro sendiri dibangun di atas tanah pemberian Bung Karno. Tanah itu diberikan pada Mas Isman, Pendiri Kosgoro oleh Bung Karno pada tahun 1964.
Wisma Kosgoro sendiri dibangun tahun 1974 dan mulai beroperasi pada tahun 1976. Saat ini setelah gedung itu ludes terbakar, Kosgoro lantas menggelar Muspimnas yang tujuannya mengajak seluruh anggota gotong royong urunan membangun kembali gedung tersebut.
“Tadi saat Muspimnas, seluruh pengurus provinsi se Indonesia sepakat ini harus dibangun kembali dan seluruhnya bersedia untuk membantu dengan cara menjadikan wisma ini Go Public terbatas,” ujar Hayono. Go Publik terbatas, artinya saham pembangunan wisma ini dijual khusus bagi anggota Kosgoro.
Pantauan suarasurabaya.net, di area Muspimnas, pernyataan gotong royong untuk bangun kembali wisma Kosgoro setidaknya dilakukan oleh mayoritas pengurus Kosgoro dari seluruh provinsi.
Bahkan, Badan Musyawarah Pengusaha Kosgoro (Bamuhas) langsung menyatakan menyumbang Rp20 miliar. Begitu juga Kosgoro Jawa Timur menyumbang Rp10 miliar, lantas DKI Jakarta Rp10 miliar. Tercatat paling kecil adalah dari NTT yang hanya Rp1 miliar.
“Kami perkirakan untuk gotong royong ini akan menghasilkan sekitar 150 miliar, dan ini tentunya masih kurang,” ujarnya.
Wisma Kosgoro sendiri rencananya akan diambrukkan dan dibangun kembali menjadi 40 lantai dengan anggaran sekitar Rp1,2 triliun.
Hayono memastikan, kekurangan dana ini, akan dicarikan dengan menggandeng investor lokal. “Kami utamakan lokal, karena gedung ini unsur nasionalismenya tinggi,” ujarnya. (fik/ipg)