Nilai inflasi provinsi Jawa Timur periode April 2015 lebih tinggi daripada nilai inflasi nasional secara keseluruhan. Hal ini disampaikan oleh Sairi Hasbullah Ketua Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur di Surabaya, Senin (4/5/2015).
“Nilai inflasi di Jawa Timur periode April 2015 mencapai 0,39 persen. Persentase ini lebih tinggi daripada nilai inflasi nasional yang mencapai 0,36 persen. Ini merupakan nilai inflasi tertinggi dalam 7 tahun terakhir di bulan April. Kota Malang dan Surabaya merupakan dua kota yang menyumbangkan andil inflasi tertinggi di Jawa Timur masing-masing 0,49 persen dan 0,41 persen. Sementara yang terendah adalah Kabupaten Sumenep sebanyak 0,05 persen,” terang dia.
Menurut Sairi, fenomena inflasi di Jawa Timur ini terjadi akibat aturan yang dibuat oleh Pemerintah Pusat. Kata dia, tingginya nilai inflasi di Jawa Timur ini disebabkan oleh dua hal.
“Yang pertama adalah kenaikan harga bensin pada tanggal 28 Maret 2015 lalu. Dimana sektor ini menyumbangkan andil inflasi di Jawa Timur sebanyak 0,30 persen. Lalu yang kedua adalah naiknya tarif kereta api yang menyumbangkan nilai inflasi sebanyak 0,13 persen,” katanya.
Naiknya harga tiket kereta api merupakan faktor yang paling dikritisi oleh Ketua Badan Pusat Statistik Jawa Timur tersebut. Ini karena memang intensitas perkeretaapian di Jawa Timur memang tinggi.
“Lihat saja dua kota yang mempunyai nilai inflasi di Jawa Timur merupakan kota dengan intensitas perkeretaapiannya yang tinggi. Sementara nilai inflasi terendah merupakan wilayah yang tidak punya akses kereta api. Naiknya harga tiket kereta api memang berpengaruh besar dalam nilai inflasi di Jatim. Lalu kenapa inflasi nasional bisa rendah dari kita? Ya karena provinsi-provinsi lain intensitas perkeretapiaannya rendah. Lihat saja, Kalimantan, Sulawesi, dan Indonesia timur lainnya tidak ada akses kereta api. Selain itu, Sumatera ada tapi jarang,” paparnya.
Namun nilai inflasi yang tinggi ini sebenarnya masih tertolong oleh sektor bahan makanan yang sedikit menyeimbangkan nilai inflasi Jatim.
“Bahan makanan di Jatim minus 0,20 persen. Ini artinya nilai inflasi Jatim masih ditahan oleh bahan makanan. Beras menyumbang deflasi tertinggi dengan 0,3 persen, disusul batu bata sebesar 0,2 persen,” pungkasnya. (dop/ipg)
Teks Foto:
– Sairi Hasbullah Ketua Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur
Foto: Dodi suarasurabaya.net