Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) kurang 5 bulan lagi. Namun soft skill maupun sertifikasi dunia pariwisata Jawa Timur seperti karyawan perhotelan masih belum siap.
Dibandingkan beberapa negara ASEAN lainnya, karyawan hotel Indonesia khususnya Jawa Timur masih belum benar-benar siap dalam hal kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.
“Dibandingkan Malaysia, Fillipina, dan Singapura ya SDM kita jelas ketinggalan dalam hal kefasihan berbahasa Inggris. Bahkan dengan Myanmar dan Vietnam pun kita kalah. Dua negara tersebut sudah mengadakan kursus-kursus bahasa Inggris yang memang tujuannya supaya SDM mereka bisa merambah ke Indonesia. Karena industri pariwisata kita memang potensial,” ujar M. Soleh Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur saat ditemui suarasurabaya.net, Rabu (1/7/2015) malam.
Selain masalah komunikasi, karyawan hotel Jawa Timur juga masih banyak yang belum bersertifikat. Padahal, sertifikasi karyawan adalah salah satu bentuk profesionalisme SDM lokal agar mampu bersaing dengan SDM asing yang akan bekerja di industri perhotelan Indonesia.
“Di Jawa Timur, rata-rata ada sertifikasi karyawan hotel 300 sampai 500 orang saja tiap tahunnya. Padahal, idealnya, minimal 1.000 sampai 3.000 sertifikasi setiap tahun. Jadi masih kurang,” terang dia.
Untuk di Kota Surabaya, kata Soleh, hanya ada 50 saja karyawan hotel yang sudah memiliki sertifikat profesional. Oleh karena itu, PHRI dalam hal ini mengajak pemerintah untuk memberikan subsidi supaya lebih banyak lagi karyawan hotel di Surabaya yang memiliki sertifikat.
“Pemkot sebetulnya sudah punya anggaran, namun menurut kita masih sedikit. Tahun ini saja cuman 50 karyawan hotel yang memiliki sertifikat tersebut. Oleh karena itu kita dari PHRI akan mengirim surat kepada bu wali kota maupun kepala dinas pariwisata untuk menambah kuota supaya lebih banyak lagi karyawan atau SDM yang bersertifikat,” pungkasnya. (dop/ipg)
NOW ON AIR SSFM 100
