Rabu, 27 November 2024

KPPU Menduga Telah Terjadi Kartel Beras

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Muhammad Syarkawi Rauf, Ketua KPPU RI (tengah), bersama dua komisioner KPPU ketika menggelar pertemuan pers, Rabu (11/11/2015). Foto : Taufik suarasurabaya.net

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) RI menduga hilangnya beras di pasaran merupakan tindakan para kartel yang sengaja memainkan harga demi keuntungan pribadi.

“Kami sudah keliling, di 5 provinsi pemasok utama beras masih surplus. Berasnya melimpah tapi kenyataannya di pasaran tidak ada,” kata Muhammad Syarkawi Rauf, Ketua KPPU RI, ketika menggelar pertemuan pers membahas potensi kartel beras di kantor KPPU Surabaya, Rabu (11/11/2015).

Menurut Syarkawi, meski permainan para kartel ini belum bisa dibuktikan, namun potensi kartel memang ada karena struktur pasar beras memang memungkinkan. Dari catatan KPPU, di masing-masing provinsi pemasok utama beras, ternyata hanya ada 5-7 pedagang besar yang bermain.

Dengan minimnya jumlah pedagang besar beras, maka kemungkinan untuk melakukan kartel memang sangat terbuka. Untuk beras, permainan kartel memang sangat gampang karena dengan menghentikan sedikit saja pasokan ke Jakarta, maka seluruh media akan membicarakan kelangkaan pangan. Akibatnya, tak hanya Jakarta yang mengalami kenaikan harga melainkan juga menyeluruh di seluruh Indonesia.

“Jadi persoalan beras ini memang hanya di Jakarta dan sekitarnya, tapi berimbas ke seluruh daerah,” kata Syarkawi.

Hasil analisa KPPU, saat ini para pedagang beras hanya mau menjual beras jika pembeli bersedia membeli dengan harga tinggi atau dalam bahasa pedagang beras disebut sebagai harga besok.

Sementara itu, kelangkaan beras ini juga yang menjadikan pemerintah saat ini akan mendatangkan satu juta ton beras impor. Padahal, pemerintah harusnya bisa mengkaji lebih dulu jumlah riil beras yang ada.

Apalagi, dari seluruh provinsi penghasil beras di Indonesia, seluruhnya juga surplus sehingga jika hitungan ini benar maka tidak ada alasan bagi pemerintah untuk mendatangkan beras impor. “Hitungan kertas surplus, tapi barangnya dimana, saya merasa ini disimpan,” ujarnya.

Selain karena beras yang menghilang dari pasaran, impor beras juga dilakukan karena harga beras di Vietnam dan Thailand memang cukup murah dibandingkan di Indonesia. (fik/rst)

Surabaya
Rabu, 27 November 2024
33o
Kurs