Sabtu, 23 November 2024

Ini Cara Pemerintah Batasi Peredaran Gula Rafinasi

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Syaifullah Yusuf Wakil Gubernur Jatim (berdiri) dalam seminar gula yang digelar di DPRD Jawa Timur. Foto : Taufik suarasurabaya.net

Thamrin Latuconsina, Direktur Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan mengatakan, pemerintah mulai tahun 2015 akan membatasi impor bahan gula rafinasi agar tak sampai merembes ke pasaran. Pernyataan Thamrin ini diungkapkan ketika menghadiri sebuah seminar tentang gula yang digelar di DPRD Jawa Timur, Kamis (12/3/2015).

“Salah satu cara yang dilakukan Menteri Perdagangan adalah dengan mencabut surat Menteri Perdagangan yang lama yaitu nomor 111 yang membuka peluang importir rafinasi menyalurkan gulanya hingga ke distributor dan subdistributor,” kata Thamrin.

Selain mencabut, Menteri Perdagangan juga mengeluarkan peraturan baru yang membatasi importir hanya bisa menjual gula rafinasi ke perusahaan makanan dan minuman.

Kementerian juga telah perintahkan supliyer independen untuk mendata dan melihat kapasitas industri-industri makanan dan minuman. Harapannya, agar kebutuhan riil gula rafinasi bagi pabrik makanan dan minuman diketahui.

“Ini dilakukan agar tidak terjadi over permintaan sehingga pemerintah bisa menetapkan berapa impor rafinasi yang aman,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Arum Sabil, Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) menuding membanjirnya gula rafinasi adalah permainan dari 11 pabrik gula rafinasi yang ada di Indonesia.

“Mereka ini harusnya kan hanya menyuplai kebutuhan 2,7 juta ton untuk pabrik mamin, faktanya dari hitungan kami, 11 perusahaan ini berkapasitas 5,5 juta ton,” kata Arum.

Karenanya, Arum minta selain membatasi impor bahan bahan gula rafinasi, juga bisa memastikan 11 pabrik rafinasi di Indonesia berproduksi sesuai dengan kebutuhan pabrik makanan dan minuman.

Sementara itu, Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur mengatakan, selain membanjirnya gula rafinasi, problem utama yang dihadapi para petani tebu adalah buruknya kualitas pabrik tebu.

Dengan pabrik yang buruk dan rata-rata berusia 100 tahun, rendemen tebu saat ini hanya sekitar 7 hingga 8 persen. “Padahal, rendemen harusnya bisa diatas 10 persen,” kata dia.

Jika pabrik dan tata niaga gula tak segera diperbaiki, Gus Ipul, panggilan Saifullah Yusuf, khawatir gula petani semakin terpuruk. Padahal, petani Jawa Timur yang menggantungkan hidup dari tebu mencapai 537 ribu keluarga. (fik/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
28o
Kurs