Jumat, 22 November 2024

Ibu-Ibu Pahlawan Ekonomi, Produknya Sudah Sampai Luar Negeri

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Lounching program Pahlawan Ekonomi di Kapas Krampung Plaza Surabaya, (31/5/2015). Foto: Denza Perdana suarasurabaya.net

Ibu rumah tangga kini tidak bisa hanya diam di rumah, memasak, dan mengurus anak. Ibu rumah tangga juga bisa menjadi pahlawan ekonomi keluarga, kota, bahkan bangsanya.

Kelompok usaha kecil menengah (UKM) milik ibu-ibu rumah tangga Surabaya yang tergabung dalam program Pahlawan Ekonomi (PE) kini tidak hanya bisa merambah pasar regional atau nasional, tapi sudah merambah pasar internasional.

Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya mengatakan, beberapa produk UKM ibu-ibu yang tergabung dalam PE sudah mencapai eropa dan timur tengah.

“Banyak ya. Ekspor itu ada makanan, fashion, handicraft, banyak,” ujarnya kepada wartawan usai meluncurkan program baru Pahlawan Ekonomi dengan strategi achievement phase di Kapas Krampung Plaza, Minggu (31/5/2015).

Ekspor ke Eropa, kata Risma, lebih banyak produk-produk UKM makanan dan handicraft. Sedangkan timur tengah lebih banyak produk fashion, terutama produk-produk busana muslim.

Saat ini, ada sebanyak 2.642 kelompok UKM ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam program Pahlawan Ekonomi Surabaya. Sebelumnya, pada tahun 2014, jumlah ini hanya sekitar 1.976 kelompok UKM.

“Ini sudah melebih target sebenarnya. Karena di awal pembentukannya, saya menargetkan lima kelompok di masing-masing kelurahan. Kalau kelurahan di Surabaya ada 154 dikali lima,” kata Risma.

Namun, Risma mengatakan, prestasi ekspor produk-produk UKM ibu-ibu Pahlawan Ekonomi ini bukan tujuan utama adanya PE. “Saya justru ingin, produk-produk itu bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan jumlah total penduduknya lebih dari 250 juta jiwa ini,” ujarnya.

“Intinya, jangan sampai nanti saat MEA pasar kita malah dimasuki orang luar,” kata wali kota perempuan pertama Surabaya ini.

Beberapa orang ibu rumah tangga pegiat UKM di program Pahlawan Ekonomi Surabaya ini, memulai usahanya dari bawah. Kini, penghasilan mereka telah mencapai lebih dari 15 juta setiap bulannya.

Misalnya Sugiati, warga Dinoyo gang Gedong ini memproduksi berbagai macam kue bersama suaminya di rumah. Semakin kemari, usaha kue Sugiati semakin banyak pesanan.

“Saya tadinya jualan di pasar. Tapi karena sekarang pesanan terlalu banyak, yang di pasar malah enggak ngatasi,” ujarnya kepada suarasurabaya.net.

Omzet usaha Sugiati kini bisa mencapai Rp20 juta setiap bulannya. Belum bila ada order khusus dari berbagai instansi dengan kontrak tertentu.

“Terakhir dengan Pelindo, bisa mencapai 40 juta (rupiah, red) per bulan. Tapi itu kotor ya,” katanya.

Hingga saat ini, Sugiati memproduksi kue tersebut bersama suaminya. Mereka berdua dibantu beberapa karyawan bagian finishing kue, seperti mencetak dan lainnya, serta karyawan khusus bagian pengemasan.

“Modalnya cuma stempel. Ada nama usahanya, ada nomor teleponnya, sekarang saya bisa bikin pesanan itu 2.000 kue per hari,” ujarnya.

Tidak hanya Sugiati, ada Winny warga Peneleh dengan produk unggulan Nasi Bakar, juga Choiriyah warga Wonosari dengan produk rujak cingur rumput laut turun temurun, serta Aminah warga Sawo Bringin Sambikerep dengan semangginya.

Mereka ini termasuk para pelaku UKM unggulan, yang memulai usaha mereka dari bawah, kini beromzet puluhan juta dalam sebulan. Modal mereka, selain resep yang teruji, juga promosi di berbagai kesempatan pameran di Surabaya. (Den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs