Hadapi MEA, Surabaya dan Jatim Masih Kekurangan LSP

Setijo Agus Tiono Kepala Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) Jawa Timur menuturkan di Surabaya dan Jawa Timur masih kekurangan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Padahal, tenggat waktu masuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah di depan mata yaitu akhir 2015 nanti (31/12/2015).

“Untuk wilayah Surabaya sendiri memang sudah ada, namun tidak banyak. Untuk keseluruhan Jawa Timur sendiri jumlah LSP hanya 17. Untuk mempersiapkan MEA, LSP Surabaya, LSP Jatim, dan LSP-LSP lainnya di Indonesia harus saling terkoneksi,” kata Setijo pada Radio Suara Surabaya Selasa (24/2/2015).

Menurutnya, persiapan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara Asean lain masih kalah. Dirinya khawatir, malah negara-negara Asean itu yang akan menguasai Indonesia.

“4 tahun lalu, ketika saya di Thailand menemukan seorang petani yang sudah mahir berbahasa Indonesia, bahkan sudah menguasai bahasa Jawa. Petani itu ternyata alumni gontor Ponorogo. Ini berarti, sejak 4 tahun lalu sudah menjadi bukti kalau Thailand sudah setidaknya siap menghadapi MEA,” katanya.

Selain infrastruktur yang belum memadai, menurut Setijo, para tenaga kerja Indonesia juga harus mulai mempersiapkan diri mereka sendiri untuk menghadapi MEA. Meskipun Setijo sendiri mengakui, sosialisasi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) juga masih belum optimal.

“Masyarakat harus aktif datang ke Disnaker atau Dinas Industri untuk mencari info. Selain itu, informasi sertifikasi kompetensi kerja juga banyak di internet. Nanti, mereka akan diuji dengan 3 standar kompetensi yaitu skill, knowledge, dan attitude,” ujarnya.

Untuk diketahui, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan berlaku mulai tanggal 31 Desember 2015. Pemerintah Kota Surabaya sendiri sudah mempersiapkan hal itu dengan mengeluarkan biaya 1,8 milyar rupiah untuk biaya sertifikasi 3000an pekerja. Anggaran ini tiga kali lipat lebih besar daripada tahun 2013 lalu yaitu 553 juta rupiah. (dop/rst)