Faisal Basri pakar ekonomi mengatakan, kondisi ekonomi negara maju saat ini mengalami epilepsi. Bahkan, bunga Bank sentral sudah diturunkan hingga 0,05 pun masih belum bisa tumbuh.
“Bahkan, nasabah yang menyimpan uang justru terkena potongan, karena bunga simpanan minus,” ujar Faisal dalam paparannya di Economic Outlook 2016, di Suara Surabaya Center Jalan Bukit Darmo Golf Surabaya.
Faisal mengatakan, pada Desember menjelang Natal ekonomi negara maju baru naik. Tapi, awal tahun depan ekonomi makro kembali gonjang-ganjing, imbas jatuhnya perekonomian sebelumnya.
“Tapi kita punya rejeki, harga minyak dunia turun. Ini bisa berpengaruh ke BBM,” katanya.
Maka dari itu, menurut Faisal, pemerintah Indonesia keliru jika kemudian mengakuisisi Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), di saat kondisi ekspor minyak tidak menguntungkan.
“Rupiah memang jelek karena minyak merosot. Tapi, kita bisa beruntung untuk energi BBM,” katanya.
Dalam kesempatan ini Faisal sempat mengkritik pernyataan Rizal Ramli yang mengatkaan ekonomi Indonesia turun. “Ekonomi Indonesia tidak turun, buktinya perusahaan tidak memotong gaji karyawan. Perputaran penjualan dalam negeri dan ekspor juga tetap bagus,” katanya.
Bahkan, kata Faisal, beragam konflik di negeri tetangga banyak menguntungkan sektor ekspor Indonesia yang tumbuh hingga 163,828 persen.
“Di Thailand misalnya, efek positif gaduh di tetangga ini bisa mendongkrak industri otomotif di Indonesia semakin tinggi. Banyak mobil yang akhirnya dibuat di Indonesia seperti Fortuner,” katanya. (bid/dwi/rst)