Selasa, 26 November 2024

Ekonomi Jatim Lebih Besar Dari Gabungan Empat Negara ASEAN

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Soekarwo, Gubernur Jawa Timur (kanan) ketika menggelar bedah buku karyanya. Foto : Taufik suarasurabaya.net

Soekarwo, Gubernur Jawa Timur memastikan provinsi yang dia pimpin saat ini sudah sangat siap dalam menghadapi era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA). Bahkan struktur ekonomi Jawa Timur ternyata lebih besar dibandingkan gabungan empat negara yaitu Kamboja, Papua Nugini, Laos dan Timor Leste.

“Size ekonomi kita itu mencapai 4,18 persen dari total ekonomi ASEAN,” kata Soekarwo, di sela bedah bukunya berjudul “Pakde Karwo : Pintu gerbang MEA 2015 harus dibuka”, Sabtu (14/3/2015).

Dari data yang ada, kata dia, perekonmian Kamboja saat ini hanya 0,82 persen dari total perekonomian ASEAN. Begitu juga Papua Nugini yang hanya 0,54 persen; kemudian Laos 0,36 persen dan Timor Leste yang hanya 0,05 persen.

Hingga saat ini, postur ekonomi terbesar ASEAN memang masih diduduki Indonesia (Jawa Timur masuk di dalamnya) yang mencapai 28,47 persen dari total ekonomi ASEAN; kemudian Thailand 18,26 persen; lantas Singapura 16,92 persen; Malaysia 15,07 persen dan Filipina sebesar 13,03 persen.

Besarnya struktur ekonomi di Jawa Timur, kata Pakde Karwo, julukan Soekarwo, karena hingga kini Jawa Timur menguasai hampir 70 persen wilayah distribusi barang di Indonesia.

Menurut data yang ada, hampir seluruh provinsi mulai dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan seluruh provinsi lainnya di timur Bali hingga ke Papua bahkan Kalimantan seluruhnya mengambil barang dari Jawa Timur. Tercatat hanya DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan seluruh Sumatera yang tidak mengandalkan distribusi barangnya dari Jawa Timur.

Untuk memperluas pasar, Jawa Timur saat ini juga telah membangun perwakilan dagang di 24 provinsi diantaranya di wilayah Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua dan Sumatera.

Selain perdagangan antar pulau, perdagangan antar negara juga cukup besar. Jawa Timur saat ini bahkan telah membangun perwakilan dagang di Osaka, Jepang; Shanghai, Tiongkok; Gyeongnam, Korea Selatan; Tianjin, Tiongkok; lantas Swiss dan Belgia.

Terkait hal ini, Basis Susilo, Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair mengatakan, dari sisi SDM, masyarakat Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan negara lainnya.

“Malah teman-teman dari Malaysia, Thailand dan Singapura itu kawatir menghadapi MEA, mereka mengkawatirkan Indonesia. Jadi kita itu sebenarnya sangatlah siap,” ujar Basis.

Problemnya, kata dia, masyarakat kita terlalu inferior sehingga takut bersaing. Padahal SDM dari Indonesia sejatinya lebih baik dibandingkan negara lain di ASEAN.

Sementara itu, Hotman Siahaan, Guru Besar Sosiologi Unair mengatakan, yang jadi masalah saat ini adalah MEA akan menjadikan apapun harus memiliki standar yang jelas.

“Padahal banyak produk kita sulit distandarisasi, sambel atau peyek misalnya, kan sulit standarisasinya beda dengan McDonald yang rasanya dimanapun sama saja,” ujarnya.

Meski begitu, dia optimis keanekaragaman produk lokal tidak akan kalah dengan produk dari luar. Bahkan, produk lokal dipastikan bisa menembus pasar luar negeri asalkan ada inovasi. (fik)

Berita Terkait

Surabaya
Selasa, 26 November 2024
26o
Kurs