Bank Indonesia menyatakan masih akan terus memantau dan melihat kemungkinan penurunan tingkat suku bunga acuan (BI rate) yang masih bertahan di level 7,5 persen dalam sembilan bulan terakhir.
Agus Martowardojo Gubernur BI mengatakan, di Jakarta, Jumat (20/11/2015), untuk menetapkan kebijakan suku bunga, bank sentral perlu mengamati dan menganalisis data terakhir dan info relevan terkait perekonomian domestik dan eksternal.
“Di RDG (rapat dewan gubernur) kemarin kita ada penyelarasan posisi moneter dan penyesuaian GWM (giro wajib minimum). Ini respon terhadap kondisi perbaikan ekonomi domestik,” ujarnya seperti dilansir Antara.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa (17/11/2015) lalu kembali memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,5 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.
Bank sentral juga memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam Rupiah, dari sebelumnya 8 persen menjadi 7,5 persen, berlaku efektif sejak 1 Desember 2015.
BI menilai bahwa stabilitas makroekonomi semakin baik sehingga terdapat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter. Penurunan GWM Primer diharapkan dapat meningkatkan kapasitas pembiayaan perbankan untuk mendukung kegiatan ekonomi yang mulai meningkat semenjak triwulan III 2015.
Agus mengingatkan, saat ini ketidakpastian di pasar keuangan global masih tinggi, terutama karena kemungkinan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (Fed Fund Rate) dan keberagaman kebijakan moneter yang ditempuh oleh Bank Sentral Eropa, Jepang, dan Tiongkok, maka Bank Indonesia akan tetap berhati-hati dalam menempuh langkah pelonggaran kebijakan moneter.
“Untuk hadapi kondisi dunia yang masih dipenuhi ketidakpastian, kita harus waspada. Ini perlu diwaspadai dan BI saat RDG kemarin memutuskan BI rate masih tetap sama, nanti Desember akan dilihat lagi,” kata Agus.(ant/iss/ipg)