Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Timur berharap agar Forum Dai Ekonomi Islam (FORDEIS) bersama lembaga dakwah di berbagai ormas Islam dapat merumuskan adanya satu gerakan “Jumat Ekonomi Syariah”.
“Gerakan yang dimaksud merupakan salah satu bentuk kebersamaan seluruh masjid di Jawa Timur untuk mengisi materi khotbahnya dengan muatan ekonomi syariah,” kata Syarifuddin Bassara Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Kamis (30/7/2015).
Apabila diterapkan di seluruh masjid dirasakan cukup berat, maka Gerakan Jumat Ekonomi Syariah tersebut dapat diawali dari masjid-masjid pilihan yang ada di Jawa Timur.
“Dengan upaya ini diharapkan sosialisasi dan edukasi mengenai ekonomi syariah dapat dilakukan secara masif. Serta memberi dampak yang nyata terhadap wawasan dan perubahan cara pandang masyarakat terhadap ekonomi syariah,” katanya.
Kata dia, salah satu hal yang membuat perkembangan perbankan syariah melambat adalah masih banyaknya masyarakat yang belum bisa membedakan antara perbankan syariah dan konvensional.
“Situasi yang sama bahkan masih sering dijumpai pada kalangan ulama atau ustadz yang ternyata masih belum mendapatkan wawasan pengetahuan ekonomi syariah secara komprehensif,” ujar dia.
Oleh karena itu BI Jatim mengundang puluhan ulama dan ustadz dari Forum Dai Ekonomi Islam (FORDEIS) dalam pelatihan edukasi keuangan syariah bagi para dai.
“Para dai dan ustadz dapat memberikan perannya sebagai pendakwah untuk mendidik dan memberikan pemahaman ekonomi syariah yang lebih baik kepada masyarakat,” kata dia.
Bank Indonesia Jawa Timur menargetkan untuk dapat meraih market share perbankan syariah mencapai 20 persen di tahun 2020. BI berkoordinasi dengan OJK dan para praktisi penggiat ekonomi syariah untuk mencapai target tersebut.
“Pengembangan ekonomi syariah di Jatim hanya berada pada kisaran 2 sampai 6 persen sejak tahun 2010 sampai 2014. Maka disepakatilah penyusunan kajian grand design Program Pengembangan dan Akselerasi Ekonomi Syariah (PPAES) untuk meraih market share 20 persen di tahun 2020,” kata Syarifuddin. (dop/ipg)