Momen puasa dan lebaran biasanya kebutuhan keluarga melonjak drastis karena itu, wajar kalau pengeluaran juga membengkak. Sebenarnya kalau diteliti banyak pengeluaran yang tidak perlu karena hanya menuruti keinginan.
Herlina Yoka Roida Konsultan Management dari Universitas Katolik Widya Mandala pada Radio Suara Surabaya mengatakan, kunci menekan pengeluaran adalah dengan perencanaan yang matang.
“Kalau orang barat kan memakainya pada bulan Desember dan pengeluaran pada bulan-bulan itu memang cukup tinggi. Tapi saya rasa sama aja kalau kita sudah tahu kecuali sesuatu yang insidentil. Kalau lebaran itu kan yang terencana. Sebaiknya perencanaan itu sudah dilakukan pada setelah lebaran tahun sebelumnya karena ini mencegah pembelian yang tiba-tiba mendadak,” kata dia.
Karena puasa dan lebaran tahun ini berhimpitan dengan kenaikan TDL, tahun ajaran baru dan melemahnya nilai tukar rupiah membuat perencanaan harus dilakukan dengan matang.
“Perencanaannya begini, misalnya seperti kebutuhan sekolah yang berbarengan dengan lebaran. Kemudian TDL akan mengalami peningkatan. Kita kan sudah tahu kalau dua hal itu akan alami kenaikan jadi umumnya bisa terencana dengan baik. Makanya jangan mengeluarkan cost melebihi apa yang kita rencanakan. Sehingga yang harus dilawan budaya show off tetapi utamakan yang harus didahulukan,” ujar dia.
Supaya keberlangsungan keuangan keluarga tidak terganggu, Herlina yang juga finansial planner menyarankan jangan lupa menabung.
“Kalau nabung itu sebaiknya 30 persen kita sudah simpan agar kontinyuitas tetap jalan di bulan berikutnya. Barangkali untuk bulan yang sangat padat kita tidak bisa menabung ya kita simpan di bulan berikutnya,” katanya. (gk/dwi/ipg)
Foto : Ilustrasi