Minggu, 24 November 2024

Tingkatkan Kualitas, Perajin Batik Jatim Dirikan Sebuah Asosiasi

Laporan oleh Fatkhurohman Taufik
Bagikan
Perajin batik di Galeri Batik Surabaya Dewi Saraswati. Foto : Taufik suarasurabaya.net

Guna meningkatkan kualitas serta membuka akses pasar, sebanyak 158 perajin batik di Jawa Timur dirikan sebuah asosiasi bernama Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur (APBJ). Pendirian asosiasi batik pertama di Jawa Timur ini, tertuang dalam lampiran keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia bernomor AHU-00469.60.10.2014.

“Kita resmi berdiri pada 7 Juli yang lalu, tapi nanti baru kita launching pada puncak peringatan hari batik nasional, pada 2 Oktober mendatang,” kata Putu Sulistiani Prabowo, Ketua APBJ, Selasa (16/9/2014).

Menurut Putu, meski telah diikuti sebanyak 158 perajin batik, tapi ini belum semuanya karena perajin batik di Jawa Timur diperkirakan mencapai 300-an perajin.

Karenanya, Putu, berharap mereka yang belum bergabung bisa segera mendaftarkan diri sehingga bisa diajak bersama untuk memajukan batik di Jawa Timur.

Putu yang juga pemilik galeri batik Dewi Saraswati di kawasan Jemursari Utara II/19 ini mengatakan, pendirian asosiasi ini tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas batik Jawa Timur. Caranya, dengan berasosiasi, maka secara organisasi mereka bisa dengan mudah mengadakan pelatihan berkaitan dengan batik.

Selain itu, dengan mendirikan asosiasi, maka kerjasama dengan berbagai pihak terkait juga akan mudah dilakukan. Misalnya, untuk promosi, serta permodalan maka asosiasi dengan mudah bisa bekerjasama dengan Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Biro Perekonomian, serta Dinas Komunikasi dan Informasi.

Lounching APBJ sendiri rencananya akan dilakukan oleh Nina Soekarwo, Ketua Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah)saat puncak peringatan hari Batik Nasional 2 November di Balai Budaya Gedung Cakdurasim. Saat lounching, juga akan disemarakkan dengan parade batik, demo membatik, gelaran batik kuno, serta fashion show.

Sementara itu, Arty Israwan, Sekretaris APBJ mengatakan bari para perajin batik asalkan berdomisili di Jawa Timur maka bisa ikut bergabung dalam asosiasi.

“Asalkan dia benar-benar perajin batik baik itu tulis maupun cap. Asosiasi ini khusus perajin, tidak boleh distributor atau pengepul,” kata pemilik Griya Batik Gresik ini.

Dengan adanya asosiasi ini, Arty berharap akan muncul motif-motif baru khas batik dari Jawa Timur. Apalagi, secara filosofi, batik Jawa Timur saat ini memang masih kalah dibandingkan batik Jawa Tengah yang selalu memiliki filosofi sendiri dalam setiap motifnya.

Arty mengatakan, perkembangan batik Jawa Timur saat ini terus bergeliat. Dia mencontohkan, saat ini mulai tumbuh puluhan perajin baru. Arty sendiri mengaku baru mulai membatik pada tahun 2009 silam.

Saat itu, Arty belajar membatik dari klinik UKM milik Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur. “Tapi saat ini saya sudah punya 10 orang karyawan dengan omset sudah mencapai Rp50 juta perbulan,” kata Arty.

Hal sama diungkapkan Putu Sulistiani yang mengaku baru mulai membatik pada tahun 2004 lalu. Awalnya dia hanya coba-coba dengan belajar batik di Yogyakarta. Tapi saat ini dengan bantuan Dinas Koperasi dan UMKM, Putu telah memiliki gerai Batik Surabaya bernama Dewi Saraswati.

Putu sendiri kini telah memiliki 40an orang karyawan dengan omset mencapai Rp200an juta perbulan. “Dengan bantuan dinas Koperasi, batik-batik saya juga sudah dikirimkan ke Swiss, Jerman dan beberapa negara lainnya,” ujarnya. (fik/ipg)

Teks Foto :
-(kanan) Putu Sulistiani Prabowo, Ketua Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur, bersama Arty Israwan, Sekretaris Asosiasi Perajin Batik Jawa Timur.
Foto : Taufik suarasurabaya.net

Surabaya
Minggu, 24 November 2024
28o
Kurs