Tarif listrik memicu inflasi Jawa Timur pada bulan Agustus 2014 sebesar 0,37 persen karena terjadinya peningkatan tarif 3,89 persen hingga menjadikannya sebagai penyumbang tertinggi terhadap inflasi.
M Sairi Hasbullah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, menyatakan, pada bulan Juli 2014 terjadi kenaikan tarif listrik prabayar. Sementara pada bulan Agustus 2014 kenaikan tarif listrik reguler.
“Salah satunya tarif dasar listrik (TDL) 11 persen untuk R3 dengan penggunaan daya lebih 2.200 VA. Ketentuan itu sesuai dengan Permen ESDM Nomor 9 Tahun 2014,” ujarnya di Surabaya, Senin (1/9/2014).
Dari delapan kota indeks harga konsumen di Jatim, jelas dia, enam kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 0,50 persen.
Lalu posisi berikutnya Malang dengan inflasi sebesar 0,47 persen, Madiun 0,35 persen, Sumenep 0,31 persen, dan Probolinggo 0,07 persen.
“Inflasi terendah terjadi di Kediri 0,06 persen sedangkan deflasi terjadi di Banyuwangi 0,12 persen dan Jember 0,06 persen,” tuturnya dilansir dari Antara.
Di sisi lain, tambah dia, komoditas lain yang memberikan sumbangan terhadap inflasi di antaranya biaya sekolah menengah atas, sekolah menengah pertama, kenaikan harga cabai rawit, daging ayam, rokok kretek filter, teh manis, dan buah semangka.
“Kalau komoditas penyumbang terjadinya deflasi akibat kenaikan harga bawang merah, telur ayam ras, tomat sayur, angkutan antarkota, emas perhiasan, bayam, kendaraan sewa, ikan bandeng, gula pasir, dan ikan mujair,” ujarnya.
Mengenai laju inflasi Jatim, sebut dia, pada tahun kalender Desember 2013 hingga Agustus 2014 mencapai 3,04 persen. Sementara inflasi ‘year on year’ (Agustus 2014 terhadap Agustsu 2013) sebesar 3,53 persen.
“Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi y-o-y pada Juli 2014 sebesar 4,01 persen,” katanya.
Dari enam ibu kota provinsi di Pulau Jawa, lanjut dia, semua kota mengalami inflasi. Posisi inflasi terendah terjadi di Yogyakarta 0,09 persen dan tertinggi di Serang seebsar 1,16 persen. Lalu, diikuti Kota Surabaya 0,50 persen, Kota DKI Jakarta 0,49 persen, Kota Bandung dan Kota Semarang masing-masing 0,41 persen. (ant/ain/ipg)