Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (6/10/2014) pagi bergerak melemah sebesar lima poin menjadi Rp12.165 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp12.160 per dolar AS.
Ariston Tjendra Kepala riset Monex Investindo Futures di Jakarta, Senin (6/10/2014) mengatakan, dolar AS kembali mengalami penguatan terhadap mata uang rupiah, positifnya data pekerja AS meningkatkan spekulasi bahwa bank sentral AS (the Fed) akan menaikkan suku bunga lebih cepat.
“Kondisi itu membuat mayoritas mata uang negara-negara berkembang termasuk rupiah masih terbebani,” kata dia seperti mengutip Antara.
Ia mengemukakan bahwa Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan data non-farm payrolls (NFP) bulan September lebih tinggi dari estimasi ekonom. Sementara tingkat pengangguran bulan September turun menjadi 5,9 persen dari bulan sebelumnya 6,1 persen.
Rully Nova Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara menambahkan bahwa sentimen global terkait potensi kenaikan suku bunga di AS serta kondisi politik di dalam negeri masih membayangi mata uang rupiah untuk bergerak menguat.
“Faktor internal dan luar negeri sentimennya belum ada yang cukp mendukung rupiah,” katanya.
Menurut dia, kinerja neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit sebesar 318,1 juta dolar AS pada bulan Agustus masih menjadi salah satu faktornya.
Namun, menurut dia, Bank Indonesia diperkirakan tetap menjaga pergerakan mata uang rupiah agar tetap stabil dan mengamati perkembangan pasar keuangan domestik agar tersedianya likuditas. Budi Suyanto. (ant/dwi)