Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Jumat (14/3/2014) pagi melemah 33 poin menjadi Rp11.419 dibanding sebelumnya di posisi Rp11.386 per dolar AS.
“Bank Indonesia yang merevisi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) pada tahun ini diperkirakan menjadi salah satu yang menjadi tekanan bagi mata uang rupiah,” kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada di Jakarta, Jumat.
Dia mengemukakan bahwa BI merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 di kisaran 5,5-5,9 persen dari sebelumnya 5,8-6,2 persen.
Dia juga menambahkan bahwa investor juga kembali dicemaskan oleh aksi militer Rusia di Ukraina, kondisi itu dikhawatirkan dapat mengganggu bisnis dan perdagangan global. Apalagi, beberapa data ekonomi China juga berada di bawah ekspektasi. “Melihat kondisi itu, akan mendorong mata uang dolar AS meningkat karena dianggap dapat menjaga nilai aset,” katanya.
Meski demikian, kata dia, masih adanya penilaian bahwa ekonomi Indonesia tetap akan stabil dapat menahan koreksi mata uang domestik lebih dalam, dana asing masih akan masuk ke Indonesia mengingat belum cukup pulihnya kondisi global.
Selain itu, keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di level 7,5 persen masih dipandang positif oleh investor dalam menjaga pertumbuhan ekonomi domestik.
“Pelaku pasar melihat positif ketika BI memutuskan untuk tetap mempertahankan level BI rate. Pasar mengasumsikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat lebih dipacu, terutama dari sisi penyaluran kredit dimana sebelumnya sempat terjadi perlambatan pertumbuhan,” katanya pada Antara.(ant/rst)