Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak naik 22 poin menjadi Rp11.559 dibanding sebelumnya Rp. 11.581 per dolar AS.
“Laju nilai tukar rupiah kembali menguat dipicu kembali meningkatnya aksi beli pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko, termasuk rupiah,” kata Reza Priyambada Kepala Riset Trust Securities di Jakarta, dilansir dari Antara Kamis (6/3/2014).
Terjadinya aksi beli, kata dia, karena pelaku pasar sedang memanfaatkan penilaian bahwa gejolak geopolitik di Ukraina telah mereda.
Dia menambahkan bahwa tren rupiah pada beberapa hari terakhir berada dalam area penguatan yang mencerminkan tingkat kepercayaan investor atas beberapa perbaikan dari sisi fundamental ekonomi yang sedang diupayakan pemerintah.
Di sisi lain, Reza mengatakan bahwa kenaikan rupiah juga didukung oleh terapresiasinya mata uang dolar AS pascadirilisnya data-data Australia, terutama GDP yang mengalami kenaikan.
Sementara itu, Lukman Leong Analis PT Platon Niaga Berjangkan mengatakan, bahwa pergerakan mata uang rupiah masih mendapatkan sentimen positif dari rendahnya angka inflasi Februari sehingga membangun kepercayaan pasar di dalam negeri.
“Namun sentimen eksternal masih tetap patut dicermati, diperkirakan pergerakan mata uang berisiko termasuk rupiah masih konsolidasi,” kata dia. (ant/wak)