Elan Biantoro, Vice President Management Representative SKK Migas di Conoco Phillips mengatakan, Indonesia pernah mengalami puncak produksi minyak hingga dua kali. Puncak pertama terjadi pada tahun 1977 ketika hasil minyak dari Indonesia mencapai 1,7 juta barel minyak perhari. Selain itu juga pada tahun 1995 ketika produksinya mencapai 1,6 juta barel.
“Tapi sejak saat itu produksi kita terus menurun,” kata Elan, ketika menjadi pembicara dalam media edukasi yang digelar Join Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina Eas Java (PPEJ) di Surabaya, Rabu (10/12/2014).
Menurut Elan, saat ini konsumsi minyak Indonesia sekitar 1,4-1,6 juta barel perhari, padahal produksinya hanya 800 ribu barel perhari, sehingga Indonesia memang harus mendatangkan minyak dari luar negeri. Konsumsi minyak di Indonesia juga terus meningkat, bahkan selama 10 tahun terakhir meningkat hingga dua kali lipat.
Untuk mengatasinya, yang bisa dilakukan adalah terus memperluas potensi minyak bumi di Indonesia. Selama ini, eksploitasi minyak hanya dilakukan di kawasan Indonesia tengah dan barat, sedangkan di kawasan timur belum banyak dikelola.
Saat ini, provinsi penghasil minyak terdapat di 18 provinsi yang terdiri dari 65 kabupaten/kota. “Jadi memang harus mulai difikirkan untuk ke arah timur,” kata dia.
Sementara itu Akbarsyah, General Manager JOB PPEJ mengatakan, untuk meningkatkan produksi, maka salah satu cara yang bisa dilakukan adalah memaksimalkan sumur yang ada.
Meski begitu, kelestarian alam tetap haruslah dijaga. “Memang beberapa sumur produksi terjadi penurunan produksi, karenanya perawatan serta pengeboran sumur baru harus dilakukan,” kata dia.
Di Jawa Timur, JOB PPEJ setidaknya memiliki beberapa sumur diantaranya Mudi Tuban, serta Sukowati, Bojonegoro. (fik/rst)