Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya, mengungkapkan sejumlah pengusaha makanan dan minuman di kota tersebut mulai terpengaruh kenaikan harga elpiji 12 kilogram yang diberlakukan pemerintah per awal September 2014.
“Kenaikan gas elpiji 12 kg nonsubsidi tidak hanya membuat kalangan rumah tangga mengeluh. Kondisi itu juga dialami pelaku bisnis kuliner yang menggunakan elpiji 12 kilogram,” kata Jamhadi Ketua Kadin Surabaya seperti dilansir Antara, Sabtu (13/9/2014).
Bahkan, mereka berencana mengalihkan pemakaian gasnya ke tabung tiga kilogram karena harganya dianggap lebih terjangkau.
“Revisi harga elpiji termasuk kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) mampu menghambat perkembangan bisnis makanan minuman di Surabaya. Apalagi kurang beberapa bulan lagi kerja sama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diberlakukan,” ujarnya.
Di sisi lain, pihaknya menyayangkan, karena sampai sekarang peran Kadin Surabaya hanya sebatas penengah di tingkat pemerintah daerah. Sementara, ada beberapa hal yang perlu dicermati akibat kenaikan harga elpiji.
Ia menambahkan, apabila kenaikan harga elpiji hanya berkisar 10 persen maka idealnya kenaikan harga produk tidak jauh lebih tinggi dari angka itu.
Untuk itu, jika para pengusaha makanan dan minuman Surabaya akan menaikkan harga produknya, menurut dia, maka seharusnya tidak melebihi standar kenaikan harga elpiji.
“Jangan sampai kenaikan elpiji 10 persen tapi barang dagangannya dinaikkan sampai 30 persen. Kalau itu terjadi, justru menurunkan daya saing,” katanya.
Di sisi lain, kenaikan harga elpiji 12 kilogram juga sangat terasa bagi pengusaha dari kelas usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Khususnya mereka yang bergerak di bidang makanan minuman.
“Memang pengusaha memahami bahwa subsidi untuk bahan bakar termasuk elpiji sudah waktunya dikurangi dan distribusinya diarahkan kepada mereka yang memang berhak menerima,” katanya.
Lalu, lanjut dia, bagi masyarakat perkotaan seperti di Surabaya juga sudah saatnya penggunaan gas untuk rumah tangga dialihkan dengan menggunakan jaringan gas yang langsung ke rumah-rumah “City Gas”. Ia berharap, jaringan gas untuk rumah tangga bisa diperluas.
“Dengan cara ini, konsumen rumah tangga yang selama ini menggunakan elpiji 12 kg justru bisa mengurangi pengeluarannya. Untuk konsumsi rumah tangga dengan anggota keluarga sebanyak 4-5 orang, pengeluaran untuk gas selama satu bulan bisa ditekan hingga Rp 36.000,” katanya.(ant/ono/ipg)