Untuk bersaing di Asean Economic Community (AEC), empat persen penduduk di Jawa Timur akan didorong menjadi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Langkah ini setidaknya harus dilakukan karena beberapa negara di ASEAN saat ini juga terus melakukan penguatan di sektor UMKM.
”Di Jatim jumlah UMKM masih kurang dari 1 persen, idealnya untuk bersaing di AEC minimal adalah 4 persen,” kata Achmad Basuki, Kepala Bidang UMKM Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur, pada suarasurabaya.net, Jumat (30/5/2014).
Basuki mencontohkan, pelaku UMKM di Malaysia saat ini telah mencapai 5 persen dari total jumlah penduduk. Begitu juga Singapura jumlah UMKM telah mencapai 7 persen dari total penduduk.
Dari data yang dimiliki Dinas Koperasi dan UMKM, jumlah UMKM di Jawa Timur memang hanya 6.825.931 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 11.117.439 orang.
Dari jumlah ini, usaha mikro juga masih mendominasi karena mencapai 6.533.694 unit atau sebanyak 95,72 persen, lantas disusul usaha kecil sebanyak 261.827 unit atau 3,84 persen, sedangkan usaha menengah hanya 30.410 unit atau 0,45 persen.
“Dengan jumlah yang ada, kita tentu sulit bersaing dengan negara tetangga,” kata dia. Karenanya Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur saat ini terus berupaya mendongkrak pelaku UMKM dengan cara mencetak pelaku baru serta mendampingi pelaku UMKM lama.
Klinik Koperasi dan UMKM juga telah didirikan dengan 10 layanan bagi pelaku UMKM yaitu layanan konsultasi bisnis, informasi bisnis, advokasi bisnis, short course wirausaha, pusat pustaka entrepreneur, akses pembiayaan, akses pemasaran, klinik mobile, IT entrepreneur, dan TV UKM online.
Peminat klinik ini, memang cukup tinggi. Basuki mencontohkan untuk mengikuti short course keterampilan yang digelar secara gratis ternyata dibanjiri peminat sehingga kursus singkat ini kini digelar hingga empat kali dalam sebulan. (fik/rst)
Foto : Ilustrasi