Middle Income Trap atau jebakan kelas menengah dianggap menjadi isu dan ancaman yang berbahaya, jika tidak ada strategi jitu untuk mengatasinya. Terutama untuk negara berkembang seperti Indonesia.
Hal ini terbukti dari 113 negara dengan status pendapatan menengah pada 1960 lalu, hanya sebanyak 13 negara yang berhasil keluar dan menjadi negara berpendapatan tinggi, misalnya Jepang, Korea Selatan, Singapura, dan Australia.
Sedangkan Indonesia, hingga saat ini masih berstatus negara kelas menengah dengan pendapatan per kapita sekitar 5.170 dollar Amerika. Padahal high income berada di atas 12.000 dolar Amerika.
Penyebabnya disinyalir karena struktur ekonomi yang masih rentan, kualityas SDM yang masih buruk, produk ekspor yang kurang bersaing hingga diversifikasi ekonomi. Lalu apa strategi yang dilakukan untuk bisa lepas dari ancaman Middle Income Trap?
Abdurohman, Kasubbid Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI mengatakan ada lima pilar yang harus dikembangkan pemerintah untuk bisa keluar dari Middle Income Trap.
“Jadi ini adalah rencana jangka panjang pemerintah. Dengan mengembangkan kelima pilar ini, Indonesia pasti bisa keluar dari jebakan Middle Income,” kata Abdurohman, usai menjadi pemateri di Dialog Nasional 7th Eccents Economic Event 2014, di FEB Unair, Senin (16/6/2014).
Kelima pilar tersebut yakni, pertama meningkatkan kualitas SDM yang masih rendah. Apalagi jika harus dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia. “Kita contoh Korsel, kenapa mereka bisa maju. Itu karena mereka mengembangkan SDM dan industri secara bersamaan,” kata dia.
Menurutnya, di Korea Selatan transformasi ekonomi dibarengi dengan pengembangan SDM. Ketika mereka mengembangkan sektor industri Primer disisi SDM mereka juga mengembangkan pendidikan di sekolah tingkat dasar dan teru berlanjut.
Kedua ialah menciptakan pertumbuhan inklusif agar masalah kesenjangan sosial bisa diatasi. “Kita sudah sama tahu, Indonesia tumbuh tinggi namun juga dibarengi dengan kesenjangan sosial. Maka untuk meningkatkan kesejahteraan pemerintah melakukan beberapa langkah diantaranya akses pendidikan dan kesehatan, juga proteksi sosial seperi BPJS,” jelas Abdurohman.
Kemudian pilar ketiga ialah Makro Stability, dimana Indonesia perlu menjaga stabilitas makro karena itu syarat mutlak. Jika tidak stabil tentu tidak akan bisa tumbuh tinggi.
Selanjutnya pilar keempat dan kelima ialah sektor keuangan dan infrasturktur, karena keduanya merupakan urat nadi bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. JIka kelima pilar ini diadopsi oleh pemerintahan baru nanti, dalam jangka panjang kita akan menjadi negara maju. (ain/wak)