Bencana alam banjir di beberapa daerah di Jawa Timur dan erupsi Gunung Kelud berpotensi mendorong inflasi menjadi lebih tinggi. Namun secara umum ketahanan pangan di Jawa Timur masih kuat menghadapi terjadinya bencana tersebut.
Hal itu terungkap dalam rapat Pleno Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Timur yang digelar pada Selasa (18/2/2014) di Dinas Pertanian Jawa Timur.
Rapat Pleno TPID melakukan evaluasi dampak bencana terhadap ketersediaan pasokan dan tingkat harga serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengendalikan potensi inflasi.
Tindakan penanggulangan banjir yang telah dilakukan meliputi penanaman kembali lahan dan sawah yang terendam banjir serta pemberian bantuan sarana pertanian berupa bibit dan pupuk kepada petani.
Berbeda dengan daerah lain di Pulau Jawa, banjir yang sering terjadi di Jawa Timur berada pada skala lebih kecil sehingga dampak yang ditimbulkan masih terkendali dan hanya menambah kenaikan inflasi sebesar 0,05-0,15 persen.
Terjadinya erupsi Gunung Kelud pada 13 Februari 2014 berdampak pada kerusakan beberapa lahan pertanian antara lain padi, cabe rawit, jagung, nanas dan komoditas pertanian lainnya khususnya di daerah Kediri, Malang, Blitar dan Nganjuk.
Kerusakan ini berpotensi menyebabkan berkurangnya produksi komoditas tersebut pada triwulan I Tahun 2014. Menanggulangi dampak lebih lanjut, TPID memastikan tersediannya pasokan bahan pangan di Jawa Timur. Hal ini tercermin dari ketersediaan stok beras di Bulog yang masih mencukupi sampai 13 bulan ke depan dan tidak adanya gangguan di sentra produk lainnya di Jawa Timur seperti Lumajang, Jember, Banyuwangi (cabe rawit) dan Jember, Banyuwangi, Bojonegoro (beras).
Dalam jangka pendek kegiatan TPID difokuskan pada peningkatan koordinasi antar TPID lintas wilayah dan provinsi untuk memperkuat ketahanan pangan serta penyelamatan tanaman pertanian di daerah bencana sehingga dapat meminimalkan terjadinya shortage bahan pangan di wilayah tertentu, mengurangi asimetri informasi dengan running text harga di media massa dan strategi komunikasi inflasi yang efektif. Selain itu bekerjasama dengan kepolisian untuk mencegah penimbunan yang mengarah pada spekulasi dan membentukfocus group discussion untuk mengeksplor dan menyelesaikan isu strategis di Jawa Timur.
Sedangkan jangka menengah panjang ditujukan untuk memastikan kelancaran jalur distribusi pangan ke seluruh wilayah Jawa Timur melalui peningkatan status pelabuhan-pelabuhan di Jawa Timur termasuk akses jalan yang diperlukan. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut maka dampak erupsi Gunung Kelud terhadap inflasi di Jawa Timur berada di kisaran 0,25-0,35 persen.
Rapat TPID juga melakukan evaluasi terhadap inflasi di Jawa Timur tahun 2013 yang secara tahunan mencapai 7,59 persen lebih rendah dibandingkan nasional 8,38 persen. Capaian tersebut merupakan hasil kerjasama semua pihak dan TPID pada khususnya.
Memasuki bulan Januari 2014, berbagai faktor risiko inflasi seperti kenaikan harga bahan bakar rumah tangga dan kenaikan harga telur serta daging sapi mendorong inflasi Jawa Timur mencapai 7,56 persen.
Dengan mempertimbangkan perkembangan terakhir dan memperhitungkan berbagai risiko yang mungkin terjadi di tahun 2014, TPID Jawa Timur masih meyakini inflasi di Jawa Timur tahun 2014 akan berada pada rentan target pemerintah. (dwi/ipg)