Sabtu, 23 November 2024

Jatim Adem Ayem Manfaatkan Potensi Wisata Imbas Kudeta Thailand

Laporan oleh Dwi Yuli Handayani
Bagikan

Jawa Timur masih adem ayem dalam memanfaatkan potensi wisata imbas krisis kudeta yang terjadi di Thailand saat ini. Lain halnya seperti Bali dan Yogyakarta yang mendapatkan keuntungan dari kejadian di Thailand.

Yusak Anshori Ketua Dewan Pariwisata Jawa Timur pada Radio Suara Surabaya, Kamis (29/5/2014) mengatakan, hal ini yang membuat gemes karena Jawa Timur masih tidak paham politik pariwisata di sekitar regional Jawa Timur.

“Jadi kalau misalnya terjadi sesuatu di tempat lain seperti Bali bisa kecipratan. Tapi Jawa Timur bisa juga seperti itu asal kita harus melakukan sesuatu juga untuk mendapatkan pangsa pasar itu. Ini yang kurang maksimal dimanfaatkan oleh industri pariwisata di Jawa Timur,” kata dia.

Hal-hal yang kurang maskimal dilakukan Jawa Timur dalam memanfaatkan potensi wisata, lanjut dia, diantaranya promosi karena Jawa Timur masih mendapatkan paket Jawa-Bali over land.” Pasti kecipratan lah, tapi yang namanya kecipratan kan lebih sedikit daripada kegrojokan. Seperti Bali itu kan dapat grojokan,” ujar dia.

Mestinya, kata dia, promosi gencar dilakukan pada awal-awal terjadi kudeta di Thailand dan sudah mulai tersebar beritanya. Karena pasti dengan adanya kejadian ini akan ada travel warning. Misal ada 45 negara yang diberlakukan travel warning maka dilihat pengunjung Thailand 5 besar berasal dari negara mana saja sehingga bisa diserbu untuk melakukan promosi.

“Tapi kendalanya kan ada Bali, kita ini cenderung kaku karena ini tidak dianggarkan atau dalam perencanaan. Kudeta juga tidak akan merencanakan kan? Jadi bagaimana kita memanfaatkan situasi. Jangan-jangan kita ini selalu dikadali, misal kita ada teroris atau tsunami mereka dengan gencar promosi jangan datang datang ke Indonesia,” katanya.

Yusak menjelaskan, padahal kalau kita menyasar Tiongkok yang setiap tahun wisatawannya 100 juta orang, sementara wisatawan asing yang datang ke Jawa Timur di kisaran 200-300 ribu pertahun, Jawa Timur bisa mendapatkan 1 persen saja bisa mencapai angka 1 juta.

“Contoh lain, misalnya dengan adanya MH370 kemarin mestinya pelaku industri wisata Indonesia bergabung bersama Garuda ramai-ramai promosi ke Tiongkok,” ujar dia.

Dalam industri pariwisata, kata dia, Jawa Timur kurang greget karena kurang memahami peran masing-masing yang bergerak di dunia pariwisata. Sinergi antar pihak juga tidak berjalan.” Kita belum bisa memanfaatkan sumber data manusia dan sumber daya alam yang luar biasa,” katanya.

Mengadapi AEC 2015, Jawa Timur harus menyiapkan infrastruktur, sumber daya manusia dan lokasi wisatanya. Contoh Malaysia yang dengan cerdik memanfaatkan orang yang datang ke sana dengan berbagai sarana yang memudahkan wisatawan.

“Kecerdasan dan trik menggaet wisatawan inilah yang perlu kita tiru dari Malaysia meskipun mereka cerdik,” tambah dia. (dwi/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs