Bank Indonesia memperkirakan laju inflasi sepanjang 2014 akan mencapai di kisaran 7,7 hingga 8,1 persen. Lebih tinggi dari perkiraan inflasi pemerintah yakni 7,3 persen.
Perry Warjiyo Deputi Gubernur BI, mengungkapkan, kenaikan harga BBM bersubsidi memberikan kontribusi sekitar 2,4-2,8 persen terhadap inflasi di akhir tahun 2014.
“Kenaikan harga BBM bersubsidi akan memberikan kontribusi terhadap inflasi berkisar 2,4-2,8 persen, atau mid-nya 2,6 persen,” katanya saat jumpa pers di Jakarta, seperti yang terlansir di Antara, Selasa (18/11/2014).
Perry menjelaskan, tambahan inflasi sebesar 2,6 persen tersebut, separuhnya merupakan inflasi hasil sumbangan langsung dari kenaikan harga BBM bersubsidi itu sendiri.
“Begitu BBM jenis premium dan solar naik, tambahannya 1,3 persen,” ujar Perry.
Sementara itu, inflasi sebesar 0,7 persen merupakan dampak tidak langsung yang bersumber dari tarif kebutuhan.
“Sedangkan inflasi 0,7 persen merupakan akibat kenaikan harga pangan dan harga barang jasa lainnya. Ini bisa lebih rendah kalau ekspektasi inflasi terjangkau, pasokan pangan tersedia, dan distribusi juga baik. Ini yang kita koordinasikan dengan TPI dan TPID,” ungkap Perry.
Sementara itu Agus Martowardojo Gubernur BI, mengatakan, jika respon dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menghadapi inflasi bisa lebih baik, inflasi diharapkan dapat lebih rendah lagi.
“Pada Juni 2013, ketika ada kenaikan harga BBM, koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah baik, inflasi yang dikhawatirkan bisa jadi 9 persen saat itu ternyata hanya mencapai 8,3 persen,” ujar Agus.
Sebelumnya, pada Senin(18/11) kemarin malam, pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp2.000 per liter, baik untuk jenis premium maupun solar akan berlaku pada hari ini Selasa 18 November 2014.(ant/nif/ipg)