Jumat, 22 November 2024

Kampung Herbal Nginden, Menjaga Imun Warga Kota

Laporan oleh Chusnul Mubasyirin
Bagikan
Warga bersemangat untuk menanam dan mengelola Taman Herbal yang menjadi ikon Kampung Herbal Nginden, Surabaya. Foto: Anton suarasurabaya.net

Kesadaran menanam warga Nginden, khususnya Gang VII, RT 9/RW 5 Kelurahan Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo, Surabaya yang muncul sejak 2015, kini menemukan momentumnya. Sejak terjadi wabah Covid-19, kampung ini diserbu banyak warga lain di Surabaya yang mencari rempah atau empon-empon.

Sebab, kampung ini berhasil menyulap sebuah lahan kosong seluas lebih kurang 3.000 meter persegi, menjadi kebun dengan berbagai tanaman herbal. Kampung  ini pun telah ditahbiskan sebagai Kampung Herbal yang memiliki sekitar 200 jenis tanaman herbal.

Kekayaan kampung ini tentu mengundang penasaran bagi warga kampung dan bahkan daerah lain. Bagi warga Nginden sendiri, yang membutuhkan satu-dua helai untuk pengobatan segera, tinggal minta tanpa dipungut biaya.

Tapi bagi warga kampung atau daerah lain yang menginginkan dalam jumlah banyak, akan dilayani asal tersedia di taman. Atau bila pesan tanaman herbal jenis khusus, perlu waktu untuk budidaya terlebih dahulu dalam beberapa minggu, bahkan mungkin bulan. Setiap helai tanaman ada harganya tersendiri.

“Karena kami memang mengembangkan pembibitan, permintaan seperti itu sangat mungkin dilayani. Syaratnya ya memang harus melihat stok yang ada, atau menunggu waktu budidaya dilakukan,” jelas Eka Sri Lestari Ketua PKK.

Tak jarang, diakui, kampung ini diminta untuk memberikan pelatihan kepada warga di kampung lain di Surabaya. Karena, ada banyak warga Surabaya yang peduli dan ingin mengembangkan tanaman toga di rumah maupun kampungnya. Hanya mereka belum memiliki ilmunya, sejak pembibitan, perawatan, hingga pengolahan menjadi produk baru.

Saat wabah virus corona terjadi, kampung ini pun sering mendapat kunjungan orang dengan tujuan mencari rempah atau empon-empon yang disinyalir berkhasiat untuk meningkatkan imun tubuh untuk mencegah serangan virus. Karena itu, selain menyediakan bahan-bahan, warga juga memberikan edukasi cara pembuatan dan konsumsinya.

Seorang warga menyiram tanaman di Nginden Gang VII, RT 9/RW 5 Kelurahan Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo, Surabaya. Foto: Anton suarasurabaya.net

“Mereka datang untuk belajar menanam tanaman rempah. Terpenting adalah tanaman tidak boleh banyak terkena sinar matahari langsung. Tanaman juga tak boleh terlalu banyak disiram air, agar tak mudah busuk,” ungkapnya.

Seperti diterapkan di Taman Herbal, warga menanam pohon berukuran besar untuk melindungi tanaman-tamanan kecil di bawahnya. Kalau tanaman mengering, akan disiram air kembali dan begitu seterusnya.

 

Memanfaatkan Lahan Kosong

Diceritakan Eka, warga sebenarnya sudah bergerak menanam sejak lama. Tanaman toga yang dipilih sejak awal. Belum ada tujuan khusus, yang penting menggalakkan menanam. Baru pada 2015, kebiasaan menanam warga lebih diarahkan untuk benar-benar mengembangkan tanaman toga.

Selain untuk ciri khas kampung, tanaman toga antara lain sudah dijadikan bahan oleh sebagian warga untuk minuman kesehatan sejak sebelumnya. Semakin lama jumlah jenis tanaman toga yang dikembangkan semakin bertambah banyak. Sebab itu, warga kampung percaya diri untuk mengikuti berbagai lomba lingkungan yang diadakan oleh berbagai pihak, termasuk oleh Pemerintah Kota Surabaya.

Dari berbagai event lomba yang diikuti, kampung ini meraih penghargaan dalam berbagai tingkatan dan kategori. Atas berbagai raihan prestasi itu, kampung ini kemudian ditahbiskan sebagai Kampung Herbal Surabaya. Agak berbeda, karena Kampung Herbal Nginden ini lebih fokus pada upaya pembibitan.

Suasana kampung Nginden Gang VII, RT 9/RW 5 Kelurahan Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo, Surabaya. Foto: Anton suarasurabaya.net

Di antara prestasi yang sudah diraih antara lain; juara lomba lingkungan hidup Merdeka Dari Sampah (2015). Lomba itu diadakan oleh Pemkot Surabaya kaitannya untuk menggerakkan masyarakat dalam program peningkatan kualitas lingkungan hidup. Kampung ini pun berhasil menggerakkan komitmen warga secara bersama-sama dan membuat lingkungan kampung bebas sampah, bersih, sehat, dan hijau.

Keberhasilan itu semakin memacu warga untuk terus mengembangkan lingkungan kampung menjadi lebih produktif. Tahun berikutnya (2016) kampung ini mengikuti lomba Taman Herbal Bejo. Warga pun ramai-ramai memanfaatkan lahan yang ada selain di sekitar rumahnya.

Akhirnya, dimanfaatkanlah lahan kosong milik pemerintah yang kondisinya tidak terawat. Kebetulan lahan itu berada di depan rumah warga sepanjang lebih kurang 300 meter, lebar sekitar 10 meter.

Masing-masing warga didaulat untuk membuka, menanam, dan merawat lahan yang tepat berada di depan rumah masing-masing. Sehingga semua warga punya tugas dan kewajiban memaksimalkan lahan garapannya semaksimal mungkin.

“Oleh pemerintah kota kami diberi izin untuk memanfaatkannya sebagai lahan produktif, asal bukan digunakan sebagai tempat tinggal,” ungkapnya.

Cara seperti itu, lanjutnya, cukup efektif dalam pengembangan kampung herbal. Dengan pola itu, kini Kampung Herbal Nginden memiliki sekitar 200 jenis tanaman herbal. Selain yang berada di depan rumah masing-masing warga, sebagian besar tanaman herbal itu dipusatkan di Taman Herbal yang berada di tengah, dekat dengan perpustakaan kampung.

Dengan jumlah begitu banyak, boleh dikata Taman Herbal Nginden memiliki jenis tanaman toga terbanyak di Surabaya. Taman herbal itu di-set up dengan apik, dan sudah sering dikunjungi wisatawan. Kampung ini, katanya, pernah didaulat untuk mendukung kesuksesan acara tingkat dunia yang diselenggarakan oleh Pemkot Surabaya, seperti acara UCLA yang diikuti oleh delegasi dari berbagai negara, beberapa waktu lalu.

 

Produk Olahan Menyehatkan

Bisa dibayangkan betapa banyak produk kesehatan yang dapat dihasilkan dari sekitar 200 jenis tanaman di Kampung Herbal Nginden. Padahal setiap satu jenis tanaman terkandung manfaat kesehatan yang beragam. Bila diolah dengan teliti dan saksama, kampung ini bisa menjadi pemasok bahan terpenting yang ada di Surabaya.

Ada sinom yang bermanfaat untuk mengontrol gula darah. Kembang kertas untuk menyembuhkan radang tenggorokan. Kunyit untuk minuman segar sekaligus penurun panas. Dan masih banyak lagi jenis tanaman yang bisa digunakan untuk menghalau serangan virus, semacam Covid-19.

Warga mengolah tanaman herbal di Nginden Gang VII, RT 9/RW 5 Kelurahan Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo, Surabaya. Foto: Anton suarasurabaya.net

Tanaman herbal itu tumbuh subur karena disiram air dengan perlakuan khusus. Mulai dari mengambil air selokan yang dialirkan ke bak penyaringan, disaring, lalu diberi campuran tanaman herbal. Hasil air yang diolah sedemikian rupa, menjadi asupan gizi yang lebih kaya bagi tanaman daripada air biasa. Demikian dilakukan setiap waktu sambil terus membudidayakan tanaman agar tumbuh lebih banyak lagi.

Warga kampung ini sudah banyak yang memproduksi olahan berbahan tanaman herbal ini. Ada yang membuat minuman sinom, secang, jamu curcuma, beras kencur, permen, kue kering, dan banyak lagi lainnya. Meski berbagai produk olahan itu masih dikemas sederhana, belum mendapat sentuhan disain khusus agar produk meningkat kelasnya. (cus/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
33o
Kurs