Sabtu, 23 November 2024

Perajin Terompet Kertas Kais Rejeki Malam Pergantian Tahun

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Suwarti perajin terompet kertas asal Lamongan gelar lapaknya di Jl. Kapasan, Surabaya. Foto: Totok suarasurabaya.net

Hampir setiap menjelang malam pergantian tahun, perajin terompet kertas berdatangan ke Surabaya mengais rejeki berjualan terompet di malam pergantian tahun.

Suwarti, 52 tahun adalah satu di antara perajin terompet kertas asal Lamongan yang hampir setiap tahun selalu hadir di sekitaran kawasan Jl. Kapasan, Surabaya untuk menjual terompet-terompet kertas buatannya dalam rangka malam pergantian tahun.

“Setiap tahun. Seminggu sebelum malam tahun baru, sudah sampai Surabaya. Jualan terompet. Ada beberapa teman juga dari Lamongan yang ikut ke Surabaya jualan terompet juga,” kata Suwarti pada suarasurabaya.net, Rabu (28/12/2016).

Suwarti bersama rekan-rekannya tidak hanya berjualan, tetapi sekaligus membuat sendiri terompet-terompet kertas yang memang menjadi satu di antara bagian dari ikon malam pergantian tahun dimana-mana.

Dengan membeli berbagai kertas sesuai kebutuhan untuk membuat terompet di sebuah toko kertas di kawasan Jl. Kapasan, Suwarti kemudian langsung membuat berbagai bentuk dan model terompet yang dari tahun ke tahun menurutnya penjualan makin sepi tersebut.

“Kalau dibanding dulu waktu tahun 90-an, sekarang ini jualan terompet kertas memang tidak sebanyak waktu itu. Sekarang ini, paling banyak memang untuk melayani pesanan dari hotel dan restoran di Surabaya. Kalau dibanding dulu sekarang berkurang banyak,” ujar Suwarti.

Pemesanan dari hotel dan restoran menurut Suwarti yang memang jumlahnya lumayan banyak, dianggap bisa menutupi seluruh biaya operasional penjualan maupun pembuatan terompet kertas, sekaligus biaya hidup selama di Surabaya.

“Pesanan dari hotel dan restoran lumayan banyak. Bisa balik modal. Termasuk buat ongkos hidup selama di Surabaya. Biasanya pesanan terompet kertas itu sudah bisa nutup buat ongkos di Surabaya dan ongkos bahan terompet,” ujar Suwarti.

Dengan harga jual antara Rp3.000 sampai dengan Rp10.000 tiap terompet, menurut Suwarti dirinya masih memperoleh keuntungan. “Cukuplah. Yang penting yang pemesanan dari hotel sama restoran dipenuhi dulu. Lumayan pokoknya,” kata Suwarti.

Senada dengan itu, Mantri, 53 tahun yang juga berjualan dan membuat terompet kertas mengatakan bahwa minat membeli masyarakat sampai saat ini masih ada setiap menjelang malam pergantian tahun.

“Tapi mereka tidak tahu beli dimana. Soalnya kalau jualan di trotoar jalan ditengah kota Surabaya pasti diobrak sama Satpol PP. Masyarakat masih butuh terompet kertas, meskipun yang dari plastik banyak beredar di pasar-pasar,” cerita Mantri.

Oleh karena itu, hampir setiap menjelang malam pergantian tahun, Mantri, Suwarti dan sejumlah teman mereka lainnya yang juga berjualan dan membuat terompet selalu hadir di sepanjang kawasan Jl. Kapasan, Surabaya untuk menjual terompet kertas.(tok/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs