Jepang luncurkan kampanye mengganti “toilet jongkok” bergaya Asia yang tidak populer menjadi “toilet duduk” ala Barat, karena negara tersebut bersiap menyambut puluhan juta turis asing menjelang Olimpiade Tokyo 2020.
Negara berteknologi tinggi itu terkenal dengan teknologi toiletnya yang bisa membingungkan pengunjung asing, dengan fitur mulai dari pemanas kursi hingga fungsi bidet bervariasi tekanan air.
Tapi, hal yang mengejutkan sebagian orang saat berkunjung ke Jepang adalah beberapa toilet di tempat umum bergaya tradisional, yakni toilet jongkok.
Sekira 40 persen toilet di 4.000 lokasi di tempat-tempat wisata populer adalah toilet jongkok, kata Dinas Pariwisata Jepang, seperti dilansir kantor berita AFP, dikutip Antara, Minggu (7/1/2018).
Pemerintah Jepang menawarkan untuk menanggung sepertiga dari biaya untuk memasang toilet duduk, lengkap dengan fungsi bidet, kata pejabat setempat.
“Berdasarkan survei produsen toilet Toto, delapan dari 10 turis asing lebih memilih toilet duduk,” kata Akihiko Yamakoshi dari Dinas Pariwisata Pemerintah Jepang.
“Kami punya target menyambut 40 juta wisatawan mancanegara, kami ingin mereka menikmati perjalanan di Jepang senyaman mungkin,” katanya.
Target wisatawan mancanegara itu, kata dia, diperhitungkan dalam jangka waktu setahun.
Menurutnya, beberapa turis asing tidak tahu bagaimana menggunakan toilet tradisional Jepang, sementara yang lain mengeluh bahwa toilet jongkok tidak bersih.
Jumlah wisatawan mancanegara ke Jepang telah mencapai rekor dalam beberapa tahun terakhir. Lebih dari 26 juta turis asing berkunjung ke Jepang dalam 11 bulan pada 2017, melampaui rekor tahunan 24 juta yang ditetapkan 2016 lalu.
Pemerintah Jepang juga bertujuan meningkatkan jumlah turis asing menjadi 40 juta pada 2020, bertepatan Olimpiade 2020 di Tokyo.
“Perubahan toilet itu utamanya dirancang untuk wisatawan mancanegara, tapi bisa juga membantu kelompok manusia lanjut usia (lansia) Jepang yang mungkin sulit berjongkok,” kata Yamakoshi.(ant/den)