Terinspirasi khasiat pohon Kesambi tanaman khas Nusa Tenggara Timur (NTT) yang biasa dipakai obat sakit kulit dan sangat manjur, menginspirasi Yudith Pratusi mahasiswi Fakultas Farmasi Universitas Surabaya dalam mengerjakan tugas akhir, deodoran ekstrak etanol kulit kayu Kesambi.
Ekstrak Etanol Kulit Kayu Kesambi yang diolah dan dijadikan deodoran oleh Yudith dengan satu di antara khasiatnya adalah membunuh bakteri.
Pohon Kesambi merupakan tanaman di kota Kupang, NTT, ternyata memang memiliki manfaat yang bagus untuk kulit manusia. Dalam beberapa penelitian, cairan ekstrak dari kulit kayu Kesambi mengandung dua jenis zat yaitu zat Taraxerone dan zat Tricadinenic acid A yang memiliki antimikroba dan antioksidan.
Antimikroba didalam kulit kayu tanaman Kesambi berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri (Bacillus subtillus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Enterobacter) dan jamur (Colletotrichum camelliae, Fusarium equiaseti, Alternaria alternate, Curvularia eragrositidis, dan Colletotrichum gloeosporioides).
Kandungan manfaat pada kulit kayu Kesambi yang berpotensi sebagai anti bakteri tersebut kemudian dijadikan deodoran oleh Yudith Pratusi.
“Bau badan disebabkan pertumbuhan bakteri pada aksila (ketiak) yang mendegradasi sekresi kelenjar apokrin, penanganan terhadap bau badan sendiri sudah menjadi kebutuhan untuk meningkatkan kepercayaan diri manusia,” ujar Yudith Pratusi.
Sebelum dijadikan deodoran, diperlukan pembuatan ekstrak, sari dari kulit kayu Kesambi. Kemudian hasil ekstrak tersebut perlu dilakukan formulasi dan evaluasi stabilitas pH pada deodoran yang mengandung ekstrak kulit kayu Kesambi. Tujuannya untuk mengetahui apakah produk tersebut sudah aman dipakai atau belum, lanjutnya.
Yudith melakukan pengembangan pada 6 formula sediaan deodoran dengan ekstrak etanol kulit kayu Kesambi yang kemudian diambil 3 formula terbaik untuk dievaluasi stabilitas pH.
“Bahan-bahan yang digunakan dalam formula tersebut adalah Carbopol 940 sebagai pembuat deodoran dengan menggunakan rentang safety dari Bepom, Gliserin, Etanol sebagai pelarut untuk menghasilkan zat yang diinginkan, Triethanolamine sebagai netralisir, DMDM Hidantoin, dan ekstrak kulit kayu Kesambi,” jelas Yudith mahasiswi angkatan 2013.
Setelah memilih 3 formula terbaik dari 6 formula, ketiga formula tersebut kemudian diuji stabilitas pH. “Untuk menguji stabilitas pH, ketiga formula tersebut disimpan dalam Climatic Chamber dengan suhu 38 derajat Celcius – 40 derajat Celcius dengan kelembapan relative RH 70% – 75%, kemudian dilakukan pengamatan,” kata Yudith.
Dari hasil formulasi dan evaluasi stabilitas, diambil 1 formula deodoran yang mengandung ekstrak kulit kayu Kesambi yang mempunyai pH stabil yang disesuaikan dengan pH kulit.
Selain itu dipilih dengan viskositas (kekentalan cairan) sebesar 5318,17 kurang lebih 774.714 cps (standar spesifikasi 5.000 cps – 12.000 cps) karena tidak terdapat perubahan warna selama 30 hari penyimpanan dan memiliki kekentalan gel yang pas untuk digunakan.
“Formula yang saya buat sudah terbukti menghilangkan bakteri, namun perlu ada penelitian lanjutan jika ingin diproduksi masal terkait dengan jangka waktu deodorant ini membunuh kuman,” ujar Yudith.
Sementara itu, ditambahkan Dr. Dra. R.R. Christina Avanti, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing, bahwa penelitian yang dibuat Yudith Pratusi cukup menarik, dengan bahan penelitian yang berbahan baku tanaman dari daerah asalnya sendiri Kupang, NTT.
“Harapan kami, akan ada putera puteri daerah yang juga melakukan penelitian untuk mengembangkan potensi daerah, melalui penelitian-penelitian yang bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yang ada di daerah masing-masing. Ini sangat bagus,” tegas Dr. Dra. R.R. Christina Avanti, M.Si., Apt.(tok/ipg)