ITS Surabaya tegaskan bahwa pihaknya tidak pernah menggelar seminar nasional kiat sukses tembus SNMPTN dan SBMPTN dengan pembicara Dr. Setyadi Widyawarman ST., MT., yang mengaku sebagai dosen ITS.
Beberapa waktu lalu telah tersebar edaran disejumlah media sosial tentang seminar nasional kiat sukses menembus SNMPTN & SBMPTN dengan menghadirkan narasumber bernama Dr Setyadi Widyawawan ST MT yang mengaku sebagai dosen dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Terkait hal tersebut, ITS Surabaya menegaskan bahwa yang bersangkutan tidak pernah tercatat sebagai dosen di lingkungan ITS.
Menurut Prof Ir Arif Djunaidy MSc PhD, Wakil Rektor III ITS, setelah ditelusuri di database kepegawaian tidak ditemukan sama sekali adanya data yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan tersebut adalah dosen di lingkungan kampus ITS.
“Sudah kita cari di database, ternyata Dr Setyadi Widyawawan ST MT tidak tercatat sebagai dosen di ITS, baik itu sebagai dosen tetap PNS, dosen tetap non PNS, maupun sebagai dosen luar biasa atau dosen tamu,” terang wakil rektor yang membidangi SDM, Organisasi dan Teknologi Sistem Informasi tersebut.
Bahkan, lanjut Arif, penelusuran tidak hanya dilakukan di database kepegawaian ITS. Namun juga dilakukan penelusuran di database alumni ITS.
“Di database alumni pun ternyata juga tidak ditemukan datanya pernah kuliah di ITS,” kata Arif. Karena awalnya, dikhawatirkan bila yang mengaku-aku sebagai dosen ITS tersebut pernah tercatat sebagai mahasiswa ITS.
Selain mengaku sebagai dosen ITS, dalam flyer yang diedarkan tesebut, juga menyebutkan yang bersangkutan sebagai panitia SNMPTN 2017 untuk pengolahan data primer dan juga sebagai manajer akademik lembaga bimbingan belajar Primagama di Jogjakarta.
“Di kepanitiaan pusat SNMPTN & SBMPTN pun tidak ada nama yang bersangkutan tercatat sebagai anggota panitia,” tambah Arif yang juga sebagai panitia SNMPTN & SBMPTN 2018.
Apalagi, menurut Arif, di susunan kepanitiaan SNMPTN & SBMPTN tidak pernah ada bagian yang melakukan pengolahan data primer seperti yang disebutkan oleh oknum yang bersangkutan tersebut.
“Tidak pernah ada bagian pengolahan data primer seperti itu di panitia SNMPTN & SBMPTN,” pungkas Arif. Aksi yang dilakukan oknum ini diperkirakan sudah berlangsung selama beberapa tahun terakhir ini.
Data yang berhasil dihimpun ITS menemukan ada beberapa edaran dan berita kegiatan di antaranya berita kegiatan seminar di Banjarmasin pada tanggal 11 Februari 2015, edaran acara tanggal 22 Oktober 2016 di Pacitan, edaran tanggal 19 November 2017 di Bengkulu, dan yang terbaru berita kegiatan seminar tanggal 8 Januari 2017 di Bandar Lampung.
Semua kegiatannya ditujukan untuk siswa SMA dengan iming-iming diberi kiat khusus agar bisa lolos seleksi ujian SNMPTN & SBMPTN.
“Untuk itu, kami mengingatkan masyarakat agar tidak tertipu dengan aksi yang dilakukan oleh oknum yang bersangkutan yang mengatasnamakan sebagai dosen ITS ini,” tegas Arif. Karena dimungkinkan oknum ini masih akan terus melakukan aksinya untuk kepentingan pribadi.
Menyikapi hal tersebut, Arif menegaskan bahwa ITS akan mempertimbangkan mengambil langkah-langkah hukum untuk menindak tegas oknum yang sudah mencatut nama ITS untuk kepentingan pribadinya tersebut.
Karena dianggap bisa merugikan baik pihak ITS maupun masyarakat sebagai konsumennya. “Kami masih akan melakukan koordinasi untuk langkah selanjutnya,” ujar Prof Ir Arif Djunaidy MSc PhD, Wakil Rektor III ITS.(tok/ipg)