Sabtu, 23 November 2024

DP5A Temukan Sex Addict Pada Anak yang Pernah Tinggal di Eks Lokalisasi

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Nanis Chairani Kepala Dinas Pengendalian Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Febria Rahmanita Kepala Dinas Kesehatan Surabaya. Foto: Anggi suarasurabaya.net

Dinas Pengendalian Kependudukan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Kota Surabaya kembali menemukan sex addict atau kecanduan seks pada anak perempuan berusia 8 tahun.

Nanis Chairani Kepala DP5A Kota Surabaya mengatakan, sebelumnya anak tersebut tinggal bersama neneknya di lingkungan eks lokasisasi Dolly. Anak tersebut tinggal bersama neneknya sejak umur 2 tahun. Neneknya berjualan di sana, buka warung di Dolly. Waktu usia 8 tahun, anak ini diambil orang tuanya, beserta neneknya, pindah ke wilayah Kenjeran.

“Kepindahan ini karena neneknya sakit TBC. Ada petugas dari kelurahan datang ke rumahnya untuk membantu pengobatan neneknya yang sakit. Ibu si anak itu, tiba-tiba bercerita ke petugas, kalau anaknya mengalami kelainan seks. Dari situlah, kami mendaptkan laporan terus bertindak,” kata dia dalam konferensi pers di Kantor Humas Pemkot Surabaya, Rabu (17/1/2018).

Nanis menceritakan, kalau anak tersebut mengaku saat tinggal di lingkungan Dolly, sempat diajari oleh seorang laki-laki dewasa yang tidak dikenalnya. Laki-laki itu sedang berada di warung neneknya. Kemudian, dia mengajarinya membuka situs porno dan memperlihatkan adegan-adegan yang seharusnya tidak dilihat oleh anak-anak.

“Dia melakukannya bukan hanya sekali. Tapi berkali-kali. Apalagi di usia yang sangat kecil seperti itu, anak lebih rentan, daya ingatnya kuat sekali,” kata dia.

Nanis juga mengatakan akibat perlakuan itu, anak tersebut sempat mempraktikkan dan mengajari ketiga adiknya yang masih berusia 7 tahun, 4 tahun dan 1 tahun.

“Begitulah hal yang benar-benar terjadi, kepada anak yang tinggal di lingkungan seperti itu. Saya setuju, penutupan lokalisasi yang telah dilakukan oleh Pemkot Surabaya sudah sangat tepat, karena keberadaan lokalisasi memang membahayakan dan bisa merusak otak, terutama anak-anak menjadi pihak yang sangat rentan terkena dampak negatif lingkungannya,” kata dia.

Upaya penanganan dan pencegahan kasus tersebut, Nanis mengatakan pihaknya sudah menyediakan lembaga atau wadah seperti Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak di tingkat kota, Pusat Krisis Berbasis Masyarakat yang sudah tersebar di 31 kecamatan dan dibantu oleh Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak di masing-masing kelurahan.

“Agar masalah-masalah seperti itu cepat diketahui, kita juga akan memberikan pembekalan mereka lebih peka dengan lingkungan dan segera melakukan pencegahan. Kami juga mohon, kalau masyarakat mengetahui masalah-masalah demikian, segera lapor, bisa ke 112, agar cepat ditangani,” kata dia.

Sementara peran dari Dinas Kesehatan dalam menangani kasus kecanduan sex tersebut, Febria Rahmanita Kepala Dinas Kesehatan Surabaya mengatakan telah mendatangkan psikiater dan psikolog untuk melakukan pendampingan dan terapi.

“Bukan hanya untuk penderita saja tetapi juga ada pendampingan untuk keluarga dari penderita. Ke depannya kita juga akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat,” kata dia.

Saat ini, kata Nanis, anak yang menderita kecanduan seks tersebut beserta ketiga adiknya sudah dalam proses penyembuhan dan didampingi oleh psikiater dan psikolog.

“Selain itu mereka juga dalam perawatan. Karena selain sex addict yang akan kita sembuhkan, ternyata mereka juga menderita penyakit TBC yang ditularkan oleh neneknya. Jadi kita akan lakukan pengobatan juga untuk itu,” katanya. (ang/bid)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs