Sabtu, 23 November 2024

Ratusan Pelajar Observasi Gerhana Bulan di Roof Top Siola dengan Teleskop Buatan Tangan

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ratusan pelajar mengikuti kegiatan observasi gerhana bulan total di puncak gedung Siola, Rabu (1/2/2018). Foto: Humas Pemkot Surabaya

Ratusan pelajar dalam Himpunan Pelajar Astronomi Surabaya (HPAS) mengobservasi fenomena gerhana bulan Super Blue Blood Moon di rooftop Gedung Siola Surabaya, Rabu (31/1/2018) malam.

Observasi yang mereka lakukan untuk tujuan pembelajaran ilmu astronomi itu didukung Pemkot Surabaya. Mereka diperbolehkan menggunakan puncak gedung (Roof Top) Siola untuk lokasi observasi.

Kegiatan itu dimulai sejak pukul 17.30 WIB. Beberapa elemen masyarakat, para pelajar dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Surabaya turut mengikuti kegiatan tersebut.

Muhammad Basroni Pembina Himpunan Pelajar Astronomi Surabaya (HPAS) mengatakan, tujuan kegiatan ini untuk memperkenalkan ilmu astronomi kepada masyarakat Kota Surabaya.

“Harapannya agar masyarakat Surabaya lebih mengenal dan memahami ilmu astronomi,” kata pria yang akrab disapa Roni dalam keterangan pers yang diterima suarasurabaya.net, Kamis (1/2/2018) dini hari.

Roni menjelaskan, ilmu astronomi adalah ilmu yang sangat tua dan sangat relevan dengan perkembangan zaman. “Di masa yang akan datang, ilmu astronomi ini pasti akan sangat bermanfaat,” katanya.

Para pelajar beragama Islam juga menyempatkan diri untuk melakukan salat gerhana berjemaah di rooftop Siola selama gerhana bulan Super Blue Blood Moon terjadi.

Perlu diketahui, para pelajar yang tergabung dalam HPAS ini menggunakan teleskop buatan tangan dengan bahan baku barang-barang bekas seperti pipa paralon dan lensa fotocopy.

Dengan teleskop itu, para pelajar mengamati fenomena gerhana bulan yang sangat langka itu, yang mana pada Rabu malam itu terjadi tiga fenomena gerhana bulan sekaligus. Gerhana bulan super moon, blue moon, dan blood moon.

“Malam ini, bentuk orbit bulan terhadap bumi miring sekitar lima derajat, fenomena ini tidak bisa diprediksi apakah satu tahun sekali atau dua tahun sekali,” ujarnya.

Peristiwa ini, lanjut Roni, pernah terjadi di Indonesia sekitar 30 tahun yang lalu. Sementara di Negara Amerika, peristiwa ini terjadi sekitar 250 tahun yang lalu.

“Gerhana bulan total pernah terjadi di Indonesia tahun 2015, tetapi bukan gerhana super, blue, dan blood moon, hanya gerhana bulan total saja,” kata Roni.(den)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs