Bakal Saifullah Yusuf (Gus Ipul) Bakal Calon Gubernur Jawa Timur menghadiri undangan Kopi Darat (Kopdar) dari Junior Chamber International (JCI) East Java, organisasi nasional beranggotakan pengusaha millenial.
JCI adalah organisasi nasional yang beranggotakan 3.000 orang kelompok milenial yang sebagian besar berprofesi sebagai pengusaha. Di Jatim dari 150 anggota aktif, 75 persen di antaranya para pengusaha muda usia 20 hingga awal 30-an tahun.
Di acara “Kopi Darat Bareng Gus Ipul, Harmoni dalam Keberagaman” yang digelar di Gedung Srijaya, Surabaya, Kamis (8/2/2018), Gus Ipul bertemu para pengusaha muda yang bergerak di berbagai sektor. Mulai properti hingga industri kreatif.
“Semuanya masih sangat muda. Tapi kami ingin berkontribusi pada pemerintahan. Kami tawarkan kepada Gus Ipul, apa yang bisa kami bantu untuk memajukan Jawa Timur?” kata Ariel Wibisono Local President JCI East Java, dalam keterangan yang diterima suarasurabaya.net.
Ariel mengatakan, meski anggota JCI bergerak di berbagai bidang bisnis, tapi di antara kesibukannya, mereka ingin berkontribusi secara sosial. Terutama menyelesaikan persoalan di Jatim seperti kemiskinan, pengangguran, dan menggenjot pertumbuhan ekonomi.
“Kami ingin sinergikan program kami dengan program pemerintah provinsi. Karena kami merasa ikut menanggung beban persoalan di Jawa Timur, kami sebagai pengusaha muda tidak bisa berdiam diri,” katanya.
Ariel menambahkan, JCI memilih Gus Ipul sebagai pembicara utama karena sosoknya yang ramah dan terbuka. “Gus Ipul sangat positif dengan rencana dan gagasan kami. Ini yang membuat kami merasa begitu dekat,” ujarnya.
Kepada para pengusaha muda ini, Gus Ipul mengatakan bahwa Jawa Timur memiliki potensi besar. Provinsi ini tak hanya menanggung beban pertumbuhan ekonomi dari warga Jatim saja. Tapi juga Indonesia timur.
Menurut Gus Ipul, Perdagangan di kawasan Indonesia Timur menggantungkan diri pada performa ekonomi Jawa Timur. Tak hanya itu, Jawa Timur juga ikut menanggung suplai komoditas pertanian nasional. Baik garam, gula, beras, daging, hingga susu.
“Hampir sekitar 40 persen kebutuhan nasional disuplai dari Jawa Timur. Tapi di tengah upaya kita mempertahankan produktivitas, lahan semakin susut. Di sinilah kita perlu inovasi yang melibatkan teknologi informasi. Bagaimana bisnis berbasis agro bisa berkembang pesat di Jawa Timur tapi juga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi bersama,” katanya.
Salah satu pekerjaan rumah (PR) para pengusaha milenial itu adalah mencari terobosan-terobosan kekinian. Mencari jalan keluar dari kebuntuan masalah-masalah kemiskinan dan pengangguran di Jawa Timur.
Gus Ipul mengakui, awalnya pemerintah gagap merespons perkembangan bisnis start up. Beberapa start up memang sukses tanpa dukungan pemerintah seperti Bukalapak dan Traveloka.
“Tapi, mereka kan sudah besar. Ini yang kecil-kecil perlu difasilitasi dan didukung. Termasuk fasilitas pembiayaan. Juga perlu dirangsang dengan kantor bersama semacam co-working space. Ini lagi dirancang satu kantor yang memberikan kesempatan kepada siapapun untuk duduk. Dicarikan pakar dan anak-anak milenial ini dipancing terus kreativitasnya,” katanya.(den)