Persembahyangan Cap Go Meh, yang digelar Jumat (2/3/2018) di sejumlah klenteng di Kota Surabaya, dilanjutkan dengan acara makan bersama oleh umat. Sajian khas Lontong Cap Go Meh memungkasi rangkaian persembahyangan Imlek.
Menjelang pukul 09.00, umat mulai terlihat berdatangan di Klenteng Pak Kik Bio Jl. Jagalan, Surabaya. Umumnya mereka adalah keluarga, bersama dengan beberapa putra-putrinya.
Aroma dupa yang dibakar dan kertas Kimchua yang dibawa masing-masing keluarga, menyeruak mewarnai suasana persembahyangan di altar, yang masih dipenuhi dengan lilin merah berbagai ukuran.
“Mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan semesta alam. Menyampaikan terimakasih diberikan kesehatan dan kesejahteraan di 15 hari bulan pertama ditahun Imlek 2569. Ini bagian penutup seluruh rangkaian sembahyang Imlek,” ujar Budi pengurus klenteng Pak Kik Bio.
Dibandingkan dengan persembahyangan Imlek, umat memang tidak terlalu banyak hadir di acara persembahyangan Cap Go Meh meskipun sejatinya masih merupakan satu rangkaian dengan persembahyangan menjelang pergantian tahun Imlek.
Pemandangan tidak jauh berbeda juga terlihat di klenteng Hong San Ko Tee Jl. HOS Cokroaminoto, Surabaya. Umat berdatangan, menuju altar persembahyangan, memanjatkan doa bersama keluarga.
“Yang utama adalah menyampaikan terima kasih dan ucapan syukur pada Tuhan. Karena sembahyang Cap Go Meh memang mengucapkan rasa syukur kepada Sang Maha Pencipta,” kata A Kiong pengurus klenteng Hong San Ko Tee.
Setelah bersembahyang, masing-masing keluarga membawa makanan berupa Lontong Cap Go Meh. “Ini memang pelengkap sembahyang Cap Go Meh. Makan Lontong Cap Go Meh bersama keluarga lainnya,” tambah A Kiong.
Dibungkus alumunium foil, sajian khas Lontong Cap Go Meh merupakan sajian yang selalu ditampilkan saat persembahyangan Cap Go Meh. “Lontong, sayur, ayam, telur, itu saja isinya. Dan disantap bersama umat lainnya,” pungkas A Kiong.
Dengan digelarnya sembahyang Cap Go Meh maka berakhirlah seluruh rangkaian persembahyangan pergantian tahun Imlek.(tok/iss/ipg)