Sabtu, 23 November 2024

Aktor Penyebar Hoaks Penyerangan Ulama Masih Berkaitan dengan Saracen

Laporan oleh Anggi Widya Permani
Bagikan
Ilustrasi. Grafis. Antara

Irjen Pol Gatot Eddy Pramono, Ketua Satgas Nusantara, mengatakan bahwa hanya 3 dari 45 kasus penyerangan ulama yang benar-benar terjadi. Sedangkan sisanya yang tersebar di berbagai media sosial hanyalah berita hoaks.

“Dari 45 peristiwa, tiga kejadian betul-betul terjadi, 42 peristiwa hoaks,” kata Irjen Gatot di Mabes Polri, Jakarta, Senin (5/3/2018).

Antara melansir, dari ketiga kasus penyerangan terhadap ulama yang benar-benar terjadi, dua kasus terjadi di Jawa Barat dan satu kasus terjadi di Jawa Timur.

Menurut Brigjen Pol Fadil Imran, Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, para pelaku penyebar peristiwa hoaks penyerangan terhadap ulama di medsos adalah grup Muslim Cyber Army (MCA). Bahkan disebutkan bahwa admin dari MCA sendiri masih memiliki keterkaitan dengan grup Saracen.

“Pelaku-pelaku yang tergabung dalam MCA itu ada yang dulunya tergabung dengan Saracen,” katanya.

Sebelumnya, penyidik Siber Bareskrim menangkap enam orang anggota MCA di sejumlah lokasi yang berbeda yakni Muhammad Luth (40) ditangkap di Tanjung Priok, Jakut; Rizki Surya Dharma (35) di Pangkalpinang; Ramdani Saputra (39) di Bali; Yuspiadin (25) di Sumedang; Ronny Sutrisno (40) serta Tara Arsih Wijayani (40).

Menurut Gatot Eddy Pramono, 42 peristiwa tersebut terbagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama adalah peristiwa yang direkayasa. Kategori kedua adalah peristiwa tindak pidana umum namun diviralkan di media sosial, yang membuat seolah-olah korbannya ulama dan pelakunya orang gila. Serta untuk kategori ketiga adalah peristiwa yang tidak terjadi sama sekali, namun disebarkan seolah-olah terjadi penyerangan terhadap ulama.

Dari pendalaman ketiga kasus tersebut, Gatot yang juga menjadi Staf Ahli Kapolri Bidang Sosial Ekonomi ini mengatakan, polisi belum menemukan keterkaitan antara peristiwa satu dengan yang lain. Namun pada 42 kejadian hoaks yang menyebar di media sosial, pihaknya menemukan keterkaitan antara peristiwa hoaks satu dengan yang lain.

“Kami belum menemukan korelasi antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain baik di Jatim dan Jabar. Yang di medsos, kami temukan keterkaitan,” katanya.

Di media sosial, kelompok ini rutin menyebarkan postingan foto video dan berita palsu berisi penghinaan, fitnah dan pencemaran nama baik terhadap pemimpin dan para pejabat negara. Kelompok ini juga kerap memposting hal-hal bernuansa SARA di medsos, termasuk isu provokatif tentang penyerangan terhadap ulama dan kebangkitan PKI.

“Mereka rutin memposting penghinaan dan pencemaran nama baik terhadap Presiden Jokowi, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, pejabat pemerintah dan anggota DPR,” kata Fadil. (ant/tna/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
34o
Kurs