Tolak Perubahan Nama Jalan Dinoyo, Komunitas Sejarah Bakal Surati Pemprov Jatim

Komunitas pemerhati sejarah Surabaya, Rabu (6/3/2018) berencana mengirimkan surat protes ke sejumlah instansi diantaranya Pemerintah Provinsi Jawa Timur, terkait rencana perubahan nama Jalan Dinoyo dan jalan Gunungsari, Surabaya.

“Kami memprotes perubahan nama tersebut. Jalan Dinoyo sudah lama ada. Dicatat sejarah. Dengan pertimbangan apa sebenarnya perubahan nama jalan itu? Dasarnya apa yaa?,” ujar Freddy H . Istanto Direktur Surabaya Herritage Society.

Menurut Freddy, mengganti nama jalan atau nama kawasan tentunya tidak asal suka dan dipastikan dengan memperhitungkan dampak atas perubahan nama jalan atau kawasan itu sendiri.

“Kok rasanya seperti menghapus sejarah yaa? Sejarah tentang Dinoyo atau Gunungsari, menjadi sesuatu yang baru. Sejarah mestinya tidak dengan gampang atau tidak dengan mudah dihapuskan lalu kemudian diganti. Kok segampang itu?” tanya Freddy.

Freddy justru menyarankan jika pemerintah ingin memberi nama jalan baru, maka sebaiknya membangun jalan baru atau mengganti nama jalan yang tidak mencerminkan kearifan lokal.

Ditemui dilokasi sekitar jalan Dinoyo depan kampus Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Kuncarsono bagian dari masyarakat peduli Kota Surabaya juga menganggap penggantian nama jalan Dinoyo maupun jalan Gunungsari satu diantara bentuk penghilangan jejak sejarah.

“Merubah yang sudah ada, seperti jalan Dinoyo ini, apa bedanya dengan penghapusan jejak sejarah??? Jalan Dinoyo sejak lama sudah ada, trus diganti, kan sama dengan menghapus sejarah yang sudah ada,” tegas Kuncarsono.

Selain Freddy H. Istanto, dan Kuncarsono, beberapa aktivis peduli kota Surabaya, Rabu (6/3/2018) ikut turun ke jalan, berorasi, dan secara simbolis mengganti nama jl. Dinoyo menjadi Jl. Ir. Soekarwo.(tok/dwi/rst)