Lakukan penelitian tentang efisiensi program Tol Laut (Sea-Toll) yang ditetapkan oleh pemerintah, mahasiswa Teknik Industri ITS menangi juara I dalam Industrial Engineering Fair di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Ke 3 mahasiswa tersbeut adalah Dionisius Andre, Firliasari Sarah, dan Satria Wira Buana yang tergabung dalam tim Gardapati ITS yang melakukan pengamatan terhadap tiga komoditas pasar.
Penelitian mereka bertujuan menilai efisiensi program Sea-Toll sekaligus mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia. “Kami juga ingin menilai kebijakan apa yang akan menjadi produktif bagi tujuan pemerintah tersebut,” terang Dionisius Andre, ketua tim Gardapati ITS.
Andre memaparkan bahwa penilitian yang mereka lakukan ini berdasar pada Indeks Harga Konsumen (IHK), Indikator Kinerja Logistik Domestik (Domestic Logistic Performance Indicator atau DLPI), dan Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index atau GCI). Serta menggunakan sistem dinamis yang disebut Stella untuk disimulasikan.
Indeks Harga Konsumen (IHK) digunakan untuk mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi konsumen dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui selisih harga komoditas tersebut, Andre bersama tim membatasi komoditi tersebut ke dalam tiga kategori, yaitu beras medium (beras medium), minyak goreng curah, dan unggas ayam.
“Dari penelitian kami, komoditas ini merupakan komoditi yang banyak digunakan oleh rumah tangga Indonesia,” jelas Andre.
Berdasarkan data harga yang dikumpulkan melalui database Kementerian Perdagangan Indonesia, dari tahun 2015 sampai 2017 dari 10 kota yang dilalui jalur Sea-Toll, yaitu Banda Aceh, Medan, Palembang, DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, Manado, dan Sorong membuktikan bahwa program Sea-Toll memberikan harga yang lebih stabil dari waktu ke waktu.
“Hal tersebut ditunjukkan oleh adanya efek positif dalam penurunan harga disparitas pada unggas ayam dan beras,” ungkap Andre.
Berdasarkan DLPI, efisiensi program Sea-Toll dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu tingkat biaya dan ongkos, dan kualitas infrastruktur. Selain itu, potensi besar ditunjukkan oleh GCI, yaitu peringkat Indonesia dalam hal infrastruktur yang tinggi mendorong pemerintah memerbaiki infrastruktur.
Mahasiswa angkatan tahun 2014 ini menyampaikan, investasi infrastruktur perlu dijaga agar terus memberikan dampak positif terhadap kondisi logistik Indonesia, sehingga nilai DLPI di Indonesia semakin tinggi seiring berjalannya waktu.
“Tim kami juga menyarankan program Sea-Toll dapat terus dilaksanakan karena program ini cukup produktif untuk mengurangi kesenjangan harga komoditas barang di Indonesia,” tambah Andre.
Dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Industri (HMTI) USU tersebut, tim Gardapati ITS juga diberikan studi kasus mengenai permasalahan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I.
Mereka pun akhirnya dinilai berhasil menyelesaikan studi kasus yang diberikan dengan memberikan solusi jangka pendek, menengah, dan panjang.(tok/rst)