Para petani cabai di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, meraup untung hingga ratusan juta rupiah setelah menerapkan manajemen waktu tanam dengan baik.
“Satu hektare lahan di desa ini 18.000 pohon cabai. Beda dengan desa sentra cabai lainnya di Banyuwangi, seperti Wongsorejo, yang mungkin lebih banyak karena jarak antar pohon lebih rapat,” kata Imam Badrus, Ketua Kelompok Tani Ketileng Makmur, Desa Sumbergondo, Kecamatan Glenmore, di Banyuwangi, Minggu (18/3/2018).
Ia mengatakan biaya produksi mulai pupuk hingga perawatan, per pohon menghabiskan rata-rata Rp5.000. Satu pohon bisa menghasilkan 5-6 ons atau setengah kilogram cabai.
Dia menyebut, biaya produksi satu hektare lahan cabai rata-rata Rp90 juta. Dengan harga jual petani Rp50.000 per kilogram, satu pohon cabai bisa menghasilkan Rp25.000 dan apabila ada 18.000 pohon cabai bisa menghasilkan Rp 450 juta.
Dengan demikian keuntungan pemilik lahan cabai berlipat-lipat. Apabila dipotong biaya produksi, keuntungannya bisa mencapai Rp 360 juta per hektare.
“Kalau soal keuntungan, ya banyak banget. Alhamdulilah,” kata Badrus tersenyum, seperti dilansir Antara.
Ia mengatakan, bersama Dinas Pertanian Banyuwangi, kelompoknya mencari celah saat menanam cabai. Panen bulan ini merupakan hasil tanam pada September hingga Oktober Tahun 2017.
“Kami atur waktu perkiraan panennya agar dapat harga terbaik. Misalnya yang panen sekarang ini, adalah hasil kami tanam Agustus-Oktober 2017. Alhamdulillah sesuai perkiraan harga sekarang sangat baik. Intinya, petani jangan latah, tapi harus tahu di mana celah waktunya,” kata Badrus.
Abdullah Azwar Anas Bupati Banyuwangi meminta agar manajemen penanaman tersebut selalu dijaga. Karena siklus harga cabai sudah diketahui, sehingga saat menanam bisa diperkirakan masa panen saat harga mahal.
“Saya rasa manajemen di kelompok tani saat ini sudah bagus,” kata Anas saat hadir pada panen cabai di Desa Sumbergondo itu.
Anas mengatakan masa panen di Banyuwangi sudah sepanjang tahun. Karena banyak daerah di Banyuwangi merupakan penghasil cabai, terutama Wongsorejo yang merupakan daerah sentra cabai Banyuwangi sekaligus nasional.
“Hanya saja karakteristik tiap daerah berbeda. Di Wongsorejo bisa panen sepanjang tahun, berbeda dengan di sini. Jadi kita harus benar-benar atur,” kata Anas.
Arief Setiawan Kepala Dinas Pertanian Banyuwangi, mengatakan cabai merupakan salah satu komoditas penyumbang inflasi.
Pemerintah daerah telah menandatangani kerja sama dengan kelompok tani, salah satunya di kawasan selatan Banyuwangi untuk turut mengendalikan inflasi.
Bentuk kerja samanya, kata dia, pemerintah daerah memberikan bantuan pertanian, lalu petani diminta menjual sebagian hasil panennya pada pemerintah untuk keperluan cadangan operasi pasar dengan harga yang telah disepakati bersama. Kesepakatan harga tersebut ditandatangai kedua belah pihak sebelum masa tanam dimulai.
“Tentunya harga yang kami tawarkan tidak akan merugikan petani, sudah menguntungkan petani. Jadi petani tetap untung, harga pasar juga tetap bisa dikendalikan,” kata Arief.(ant/iss)