Sabtu, 23 November 2024

Tren Berlibur dari Sudut Pandang Hidup Kaum Milenial

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Gugusan pegunungan kapur atau karst di kawasan wisata Rammang-rammang di Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Foto: Iping suarasurabaya.net

Berkat kekuatan media sosial, tren berwisata saat ini tidak hanya dipandang sebagai kebutuhan alternatif namun juga gaya hidup khususnya bagi generasi milenial.

Hal itu disampaikan oleh Eric Yosua, Pengamat Pariwisata sekaligus Pengelola Komunitas @infotourismindo kepada Radio Suara Surabaya, Sabtu (24/3/2018). Menurutnya, tren berwisata mulai bergeser dari yang mulanya kebutuhan tertier, saat ini menjadi gaya hidup yang mana hampir semua suka berwisata.

Ia juga mengatakan, bahwa perubahan tren ini tidak lepas dari peran media sosial yang sangat kuat di lingkup semua lapisan masyarakat.

“Karena pengaruh sosmed sangat kuat dengan memoto barang-barang antik, objek wisata yang menarik dengan tujuan eksis. Beda kalau dulu, kita liburan, kita foto, fotonya kita simpan di album untuk koleksi pribadi,” ujar Eric.

Menurutnya, hal itulah yang membuat setiap tempat wisata saat ini memiliki icon untuk difoto.

Namun disisi lain, Eric Yosua juga memperingatkan kepada para pelaku pariwisata tentang adanya kejenuhan konsumen. Menurutnya, kejenuhan terjadi jika operator periwisata tidak memberikan sesuatu yang baru dan hanya menjadi fenomena sesaat.

“Jangan sampai hanya jadi fenomena sesaat dan malah menjadikan investor tambah rugi,” terangnya.

Sedangkan dari sisi konsumen, Eric menjelaskan bahwa generasi milenial semakin tidak cocok untuk masuk agenda tour agent. Ini dikarenakan habit generasi milineal yang ‘bangun siang tidur malam’ membuat mereka lebih suka rekreasi secara mandiri tanpa terikat jadwal.

Menurutnya, tugas pemerintah dalam sektor wisata ini adalah meningkatkan infrastruktur atau akses menuju lokasi. Eric juga mengingatkan agar pemerintah juga harus punya andil dalam sisi branding agar pariwisata domestik lebih memberikan nilai tawar daripada wisata luar negeri.

“Misalnya tinggal bagaimana kita membuat Raja Empat itu jauh lebih bernilai, jauh lebih bergengsi daripada pergi ke Singapura. Itu kan sebenarnya image, pola pikir, tergantung pemerintah aja,” imbuhnya.

Sebagai penutup, Eric Yosua memberikan saran kepada masyarakat yang akan menata perjalanan. Menurutnya ada 3 hal yang harus diperhatikan, mulai dari tempat wisata yang seperti apa yang akan kita singgahi, kuliner seperti apa yang ada di sana, dan jam buka tempat wisata. (tna/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs