Sabtu, 23 November 2024

Curah Hujan Turun, Siaga Banjir Bojonegoro Berakhir Maret

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Sejumlah petugas dengan perahu karet membawa sembako yang akan didistribusikan bagi korban banjir luapan Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (24/2/2018). Foto: Antara

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan penetapan status siaga bencana di daerahnya yang dimulai sejak 1 Januari dan akan berakhir akhir Maret. Penetapan ini diputuskan setelah melihat curah hujan yang sudah menurun.

“Penetapan status siaga bencana akan berakhir akhir Maret,” kata MZ. Budi Mulyono, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro, di Bojonegoro, Sabtu (24/3/2018).

Ia menyebutkan, penetapan status bencana dikeluarkan Suyoto Bupati Bojonegoro, dengan mempertimbangan curah hujan yang tinggi yang berpotensi menimbulkan banjir. Bencana banjir yang terjadi Bojonegoro disebabkan luapan Bengawan Solo yang juga dapat menyebabkan tanah longsor.

Sesuai prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, menurutnya curah hujan Maret tertinggi mencapai 401 milimeter berpotensi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor.

“Tapi prakiraan curah hujan selama April sudah turun tidak berpotensi menimbulkan bencana,” ujarnya.

Menurut data yang dihimpun BPBD, kerugian yang ditimbulkan akibat tiga kali banjir luapan Bengawan Solo di daerah setempat termasuk dua kali kejadian banjir bandang mencapai Rp13,1 miliar.

Antara melansir, banjir luapan Bengawan Solo yang terjadi dalam kurun waktu Januari sampai 14 Maret melanda 96 desa di 12 kecamatan.

Daerah yang dilanda banjir luapan Bengawan Solo antara lain Kecamatan Kota, Dander, Balen, Kanor dan Baureno, dan kecamatan lainnya. Banjir dari sungai terpanjang di Jawa itu merendam tanaman padi seluas 1.582 hektare dan palawija 299 hektare.

Warga terdampak luapan Bengawan Solo sebanyak 3.165 KK. Selain itu, banjir juga merendam jalan paving di desa sepanjang 41,3 kilometer dan jalan kabupaten sekitar 7 kilometer.

Selain itu banjir bandang yang terjadi dua kali dalam kurun waktu Januari hingga 22 Februari melanda 26 desa di Kecamatan Temayang, Gondang, Dander, Balen, Bubulan dan Sukosewu. Banjir merusak tanaman padi seluas 363 hektare, dan palawija 59 hektare selain merusak sejumlah jembatan desa.

Warga terdampak di daerah banjir bandang tercatat 4.254 KK. Selain itu banjir bandang juga merendam jalan desa.

Sementara itu, data di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro menyebutkan, ketinggian air di taman Bengawan Solo (TBS) di Bojonegoro saat ini jauh di bawah siaga banjir hanya 8,60 meter.

“Kondisi Bengawan Solo di hulu, Jawa Tengah, juga hilir Jawa Timur, aman tidak terjadi banjir,” ujar Petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro Budi Indro menambahkan. (ant/tna/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
33o
Kurs