Sabtu, 23 November 2024

Trem adalah Kunci Pemicu Revitalisasi Kawasan Tunjungan

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ilustrasi

Setiap malam di Jalan Tunjungan, Surabaya, orang-orang berjalan berseliweran. Meski sesekali pundak mereka saling bersenggolan, tidak ada yang marah. Mereka saling maklum karena sama-sama sedang menikmati suasana, memanjakan mata dengan lampu-lampu dari pertokoan, kafe, dan restoran terbuka di halaman muka bangunan tua sepanjang jalan.

Sebagian lainnya punya cara berbeda. Menikmati atmosfer Jalan Tunjungan, bernostalgia menikmati lampu-lampu antik dan bangku-bangku klasik, sembari mencuri-curi pandang kepada sosok cantik dan tampan yang sedang duduk di kafe, sementara kakinya memperlambat laju sepeda yang sedang dikayuh.

Banyak seniman dan anak muda kreatif unjuk gigi, menampilkan karya-karya terbaik mereka untuk dilihat, didengar, dan dinikmati setiap orang yang sedang Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan. Musik, lukisan, karya-karya seni digital, serta bentuk-bentuk kreativitas lainnya.

Orang-orang yang ingin memanjakan lidah juga akan mendapati semua kuliner khas Surabaya seperti Rujak Cingur atau Pecel Semanggi di sepanjang jalan ikonik penuh kenangan dan nilai-nilai perjuangan di Kota Surabaya itu.

Tidak satupun orang-orang di sepanjang jalan itu yang menggunakan masker penutup hidung untuk menghindari polusi. Karena tidak banyak kendaraan bermotor yang melintas, kecuali Suroboyo Bus, yang setiap beberapa menit melintas lalu berhenti di halte, yang berjarak setiap 500 meter, untuk menjemput para pelancong.

Selain bus, hanya ada trem yang melintas lambat dengan suara roda dan bunyi berdecit remnya yang khas sebelum berhenti di shelter, tempat di mana banyak orang sudah menunggu untuk melanjutkan perjalanan dari Tunjungan ke destinasi lain di Kota Pahlawan.

Tidak sedikit bule yang lalu lalang di jalan itu. Malam hari mereka manfaatkan untuk bercengkerama di kafe atau sekadar mengabadikan momen dengan kamera. Sementara pagi, siang, dan sore sebelumnya mereka habiskan waktu untuk mengikuti kegiatan warga di kampung-kampung sekitar Jalan Tunjungan.

Ada Kampung Ketandan, Kampung Kebangsren, dan kampung lain yang warganya menyediakan tempat menginap harian untuk bule-bule yang sedang backpacker-an di Surabaya. Berbagai kegiatan di kampung-kampung itu akan menghapus rasa penasaran mereka tentang keramahan penduduk kampung sekitar Tunjungan dan bagaimana mereka mempertahankan tradisi masing-masing.

Barangkali seperti itulah suasana di Jalan Tunjungan setelah trem di Surabaya beroperasi secara resmi. Herlambang Sucahyo Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya mengatakan, keberadaan trem akan menjadi trigger (pemicu) terwujudnya Jalan Tunjungan masa lampau di zaman sekarang.

“Kami berharap trem menjadi trigger sehingga revitalisasi Jalan Tunjungan menjadi kawasan Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan berjalan sesuai rencana,” ujarnya kepada suarasurabaya.net, Jumat (13/4/2018).

Revitalisasi Jalan Tunjungan sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pemkot Surabaya 2016-2021. Setidaknya pada 2021 mendatang, suasana seperti Ilustrasi di atas bisa didapatkan oleh warga Surabaya di Jalan Tunjungan. Kalau trem sudah beroperasi.

Saat ini, Pemkot Surabaya sudah mewujudkan beberapa fasilitas pendukungnya. Seperti Suroboyo Bus. Sekitar dua minggu lalu Tri Rismaharini Wali Kota Surabaya telah meresmikan bus itu. Jalan Tunjungan menjadi bagian dari rute bus yang untuk sementara waktu bertarif sejumlah sampah plastik.

“Sementara ini, halte diwakili dengan rambu pemberhentian bus. Ke depan, kami akan mempertimbangkan pengadaan halte yang bentuknya menyesuaikan kebutuhan,” kata Herlambang.

Selain Suroboyo Bus, kata Herlambang, Jalan Tunjungan akan didedikasikan untuk kendaraan umum ramah lingkungan. Sepeda kayuh dan moda transportasi lain tidak bermotor akan menjadi prioritas. Pemkot Surabaya, kata dia, akan mempertimbangkan becak bisa beroperasi di kawasan itu.

Trotoar yang kini semakin lebar, setelah ada trem akan diperlebar lagi untuk memfasilitasi kebutuhan pedestrian di Jalan Tunjungan. Pelebaran itu tidak bisa dilakukan sekarang, karena akan menambah kepadatan jalan yang selalu sibuk di hari kerja dan padat di akhir pekan.

Untuk mempercantik Tunjungan, Pemkot Surabaya bahkan berencana mengubah material jalan dari aspal ke susunan bebatuan bernuansa rustic (bentuk asli) sehingga menambahkan kesan klasik jalan itu.

Namun, kata Herlambang, rencana ini akan dikerjakan di tahap paling akhir setelah pengerjaan trem dan optimalisasi jalan pendukung di sekitar Tunjungan, seperti Jalan Genteng Besar dan Jalan Simpang Dukuh, tuntas.

Masalahnya adalah Trem. Herlambang mengatakan, Pemkot Surabaya tahun ini berupaya menganggarkan pengadaan dan pengerjaan transportasi massal itu di Perubahan Anggaran Keuangan APBD Surabaya. Sementara, Detail Engineering Desain (DED) trem kembali ditinjau ulang untuk menentukan besaran anggaran.

“Kami upayakan 2018 ini sudah bisa lelang pengadaan rel dan gerbong dengan APBD. Masalahnya sekarang, ada banyak pilihan gerbong dengan variasi harga serta negara pembuatnya. Kami masih melakukan kajian lebih jauh lagi,” kata Herlambang.

Banyaknya varian dan spesifikasi kepala dan gerbong trem menambah daftar panjang pertimbangan. Ada berbagai pilihan pembuatan, dari China sampai Rusia. Rentang harganya pun relatif lebar. Dari Rp3 miliar sampai Rp50 miliar per gerbong dengan spesifikasi masing-masing.

Ada wacana, setidaknya untuk pengadaan gerbong trem itu waktu yang dibutuhkan mencapai 12 bulan atau setahun. Karena itulah Herlambang mengatakan, pengerjaan Trem ini setidaknya baru efektif pada 2019. Sedangkan uji coba diperkirakan pada 2020 mendatang.

“Pengadaan trem dengan APBD ini akan menjadi pilot project. Setelah sebelumnya skema pembiayaan berubah beberapa kali, kalau pembiayaan dengan APBD ini sukses maka ini akan menjadi pilot project untuk membuka kran investasi dari luar,” ujarnya.

Karena terbatasnya anggaran APBD, maka lelang pengadaan gerbong dan rel itu pun terbatas. Paling tidak pada tahap awal itu, pengadaan ini hanya akan mewakili sebagian kecil dari rute yang direncanakan di awal. Penentuan rutenya pun akan mempertimbangkan pasar.

“Sudah ada beberapa pilihan rute dengan perkiraan demand yang tinggi. Tapi masih belum ada keputusan final, kami masih perlu menimbang lebih matang, karena ini merupakan pilot project dan harus sukses, terutama berkaitan nilai keekonomisan,” ujarnya.

Namun, Herlambang memastikan, bila proyek trem ini berjalan, maka akan terjadi percepatan-percepatan dalam melakukan revitalisasi Jalan Tunjungan sebagai lokasi Mlaku-Mlaku di Kota Pahlawan.

Sekadar diketahui untuk menyemarakkan kawasan Jalan Tunjungan, Suara Surabaya setiap tahun menggelar acara Surabaya Urban Culture Festival (SUCF). SUCF yang menampilkan produk dan budaya khas Surabaya kali ini akan digelar Sabtu, 28 April 2018 dengan tema “Tunjungan Now”. Setiap tahunnya, ratusan ribu orang datang dan menikmati berbagai sajian dan pertunjukkan di SUCF.(den/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs