Sabtu, 23 November 2024

Pastikan Hoaks atau Bukan, Masyarakat Bisa Cek ke Media Resmi

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Irjen (Pol) Setyo Wasisto Kadiv Humas Polri saat membuka diskusi dengan tema Polri Serius Tangani Hoaks Penyebab Retaknya Persatuan dan Kesatuan Indonesia di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (24/4/2018). Foto: Faiz suarasurabaya.net

Merebaknya hoaks (berita palsu) sebenarnya bisa diketahui kalau masyarakat bisa meluangkan waktu sejenak dengan mengecek berita tersebut apakah tayang di media resmi atau tidak. Kalau di media-media mainstream (arus utama) atau resmi tidak ada, maka bisa dipastikan 90 persen berita tersebut adalah hoaks.

Demikian disampaikan Irjen (Pol) Setyo Wasisto Kadiv Humas Polri saat membuka diskusi dengan tema Polri Serius Tangani Hoaks Penyebab Retaknya Persatuan dan Kesatuan Indonesia di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (24/4/2018).

“Saya menghimbau masyarakat, marilah kita meluangkan sedikit waktu untuk mengecek hoaks itu. Bisa dicek cari di Google Search, sebut saja dengan keyword-nya (kata kuncinya). Apakah media mainstream mengunggah, kalau tidak ada berarti kita bisa yakini itu tidak betul,” kata Setyo.

Menurut Setyo, hoaks cenderung turun ketika kelompok Saracen ditangkap oleh Polri.

“Setelah ditangkapnya kelompok Saracen, maka ada kecenderungan menurun tajam. Itu hasil penelitian dari Inteljen media mainstream,” jelasnya.

Tapi yang sangat disayangkan, kata dia, hoaks itu muncul yang baru, yaitu hoaks soal pangan seperti telur palsu.

“Yang kita sedihkan muncul hoaks baru, yakni hoaks tentang pangan. Nah kebetulan saya Satgas pangan, ada yang disebut telur palsu. Membuat telur palsu dengan teknologi yang canggih. Memang berapa biayanya dan tujuannya untuk apa? Akibatnya peternak telur sekarang mengeluh,” kata dia.

Setyo menjelaskan kalau saat ini, ada 130 juta pengguna media sosial di Indonesia, dan ancaman hoaks tetap ada.

“Dengan adanya 130 juta pengguna medsos (FB, Instagram, Twitter) ini tanpa permisi kadang- kadang masuk ke akun-akun kita. Kita sedang tidur, masuk sendiri yang kita tidak tahu tiba-tiba muncul benar nggak nya,” tegas Setyo.

Menurut Setyo, dari kontemplasi Divisi Humas Polri,diambil satu kesimpulan bahwa hoaks diciptakan oleh orang pintar tapi jahat. Tetapi yang lebih parah lagi, hoaks itu disebarluaskan oleh orang baik tapi bodoh.

“Hoaks itu disebarluaskan oleh orang baik tapi mohon maaf bodoh. Jadi marilah kita hindari kita menjadi orang pintar yang jahat dan menjadi orang baik yang bodoh. Kita sebarkan yang indah-indah, yang sejuk-sejuk menuju kepada Indonesia tang lebih baik,” pungkas Setyo. (faz/ino/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
35o
Kurs