Sebagaimana dengan kebanyakan wilayah Asia lainnya, kurangnya tenaga spesialis kesehatan jiwa, khususnya di bidang psikiatri anak dan remaja, mendorong pemenuhan layanan kesehatan jiwa yang berkualitas untuk kelompok usia muda.
Dengan dorongan untuk menyempurnakan program kesehatan di bidang yang terbilang cukup sulit, sejumlah tenaga kesehatan jiwa dari Singapura dan Indonesia, telah menjalani program pelatihan layanan kesehatan selama dua tahun sejak 2016, yang secara resmi telah berakhir hari ini, Rabu (25/4/2018).
Program yang bertajuk Enhancing Child and Adolescent Psychiatric Services (ECAPS) atau Program Peningkatan Pelayanan Psikiatri Anak dan Remaja yang merupakan kerja sama lintas budaya antara Singapore International Foundation (SIF), Rumah Sakit Jiwa Menur, dan Rumah Sakit Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat, ini berupaya untuk meningkatkan pelayanan psikiatri anak dan remaja pada lembaga kesehatan umum di Jawa Timur.
Sejak tahun 2016, tim Relawan Internasional Singapura (Singapore International Volunteers) yang beranggotakan tenaga kesehatan senior, telah bekerja sama secara intensif dengan Indonesia untuk membangun kapabilitas para tenaga kesehatan jiwa di Jawa Timur.
Sejumlah rumah sakit di wilayah Jawa Timur RSUD Dr Soebandi dan RSUD Gambiran juga terlibat dalam program ini, mendorong dampak secara keseluruhan pada komunitas di wilayah provinsi ini. Dengan menggunakan pendekatan training-of-trainers program ini tersusun dari empat komponen, meliputi lokakarya klinis, sesi penguatan, kunjungan belajar ke Singapura dan simposium.
Sekitar 200 peserta pelatihan dari Indonesia telah dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk melalukan penilaian (assessment), perawatan dan pengelolaan pasien anak dan remaja yang memiliki permasalahan emosi dan perilaku. Termasuk di dalamnya adalah pasien dengan autisme, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (attention deficit hyperactivity disorder), psikosis dan gangguan mood.
Peserta pelatihan juga dibekali dengan perangkat dan strategi untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang tua dan pengasuh/pendamping (caregiver) lainnya, juga untuk melibatkan pihak keluarga dalam rancangan perawatan kepada pasien. Di antara peserta pelatihan tersebut, tim inti yang berjumlah 27 orang Master Trainer telah diidentifikasi untuk melatih rekan sejawat mereka, sehingga dapat mempertahankan keberlanjutan alih pengetahuan dan keterampilan selama dan setelah program usai.
Puncak pelaksanaan program ECAPS berlangsung hari ini dengan sebuah simposium dan upacara resmi penutupan rangkaian kegiatan yang turut dihadiri oleh Annie Retnowanti Kepala Bagian Kerjasama, Biro Humas Protokol, Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Lebih dari 120 tenaga kesehatan mental berkumpul pada simposium tersebut untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman profesional mereka dengan komunitas layanan kesehatan Indonesia yang lebih besar. Simposium tersebut juga berlaku sebagai landas pijak (platform) untuk membangun kepedulian yang lebih besar serta pemahaman yang lebih baik atas sejumlah prinsip dan praktik psikiatri anak dan remaja.
Jaryll Chan Direktur Program SIF mengatakan, “Layanan kesehatan merupakan salah satu area fokus SIF dalam upaya kami untuk meningkatkan kualitas hidup serta mendorong perubahan positif. Kami sangat tersentuh oleh hasil positif dari program ECAPS ini. Keberhasilan yang diraihnya menunjukkan bagaimana kebaikan dapat terwujud saat komunitas berkumpul dan bekerja sama untuk mendorong perubahan positif melalui semangat gotong royong. Kami akan terus berupaya untuk memperkuat persahabatan ini melalui berbagai bentuk kerja sama di Indonesia pada masa mendatang,” ujarnya.
Di tingkat global, program ECAPS berkontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yang telah dicanangkang PBB, khususnya atas tujuan nomor tiga yang menggalakkan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia.
Prakarsa atas program ini juga didasari oleh keberhasilan program Psikiatri Geriatri yang berbasis komunitas yang turut didukung SIF pada kurun waktu 2008 hingga 2013 lalu di Jawa Timur. Program tersebut dilaksanakan sebagai bagian dari Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) berjangka waktu lima tahun yang disepakati Pemerintah Provinsi Jawa Timur di tahun 2005.
Secara keseluruhan, tahun 2018 ini menandai peringatan 26 tahun bagi SIF dalam upayanya menghadirkan wahana kerjasama bagi warga Singapura dan Indonesia untuk secara bersama menguatkan pemahaman dan membangun kepercayaan melalui berbagai kolaborasi di tingkat warga (people-to-people). (ino/tok)